“ Migrasi Bangsa-bangsa Masuk ke Nusantara”


MIGRASI BANGSA-BANGSA
MASUK KE NUSANTARA

  1. MELAYU TUA DAN MELAYU MUDA
Bagian besar dari penduduk Indonesia termasuk ras Mongolid, sebutan yang diberikan ole Von Eicksted untuk Melayu. Sebagai cabang dari ras induk Kuning, ras Melayu yang tua. Persebarannya dari sumber aslinya (yakni dari Tibet) menuju ke Selatan melalui jazirah Hindia Belakang. Adapun cabang lain dari ras induk Kuning, yakni Mongoloid bergeraknya ke Timur (Cina,  Korea, dan Jepang).
Di Hindia Belakang ada dua pusat persebaran bangsa. Yaitu daerah Yunnan di Cina Selatan berangkatlah suku-suku yang tergolong Proto Melayu Tua dan dari daratan Dongson di Vietnam Utara berangkatlah suku-suku Deutro Melayu.

            Ciri-ciri ras Melayu adalah sebagai berikut :
                   Rambut lurus
                   Kulit kuning kecokelat-cokelatan.
                   Mata agak sipit.

            Pendapat dari para Antropolog :
                     Antropolog Fischer
         Berpendapat bahwa kelompok Melayu Tua datangnya di  Nusantara dahulu daripada kelompok Melayu Muda. Mulanya migran-migran pendahulu itu menempati panatai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Utara dan Sulawesi Barat. Tetapi kemudian karena terdesak oleh kelompok Melayu Muda, orang-orang Melayu Tua selanjutnya masuk ke pedalaman dan hidup terisolasi sehingga mundurlah peradaban mereka, mereka inilah kemudian menjadi suku Batak, Dayak, dan Toraja.
                     Antropolog Duyvendak (Belanda)
         Berpendapat bahwa sebutan tua dan muda pada ras Melayu sedikit banyak menyesatkan. Kelompok tua belum tentu datangnya dari negeri kita lebih dahulu dari kelompok muda. Misalnya, datangnya nenek moyang suku Jawa menurut ia kurang lebih bersamaan waktunya dengan mendaratnya suku Dayak di Kalimantan. Ciri-ciri jasmani yang berlainan pada umumnya antara kelompok Melayu Tua dan Melayu Muda terdapat pada bentuk kepala. Orang Melayu Tua Kepalanya panjang (dolichocephalia). Sedangkan orang Melayu Muda kepalanya pendek (brachycephalia).

  1. GEOGRAFI YUNNAN DAN DONGSON
Alam, khususnya yang berupa iklim serta mutu tanah  besar pengaruhnya atas nasib manusia, meskipun ini berlakunya tidak secara otomatis. Pengaruh tadi berbeda menurut tempat atau wilayah, serta tahap perkembangan perdaban manusia yang bersangkutan. Sehubungan itu tentu saja faktor manusia sebagai pencipta budaya tidak dapat diremehkan peranannya.

 Kondisi Geografi pada masyarakat Yunnan (Melayu Tua di Cina Selatan)
         Merupakan dataran tinggi kering dengan ketinggian rata-rata 100 m
            dpl.
         Alamnya tertutup oleh rerumputan.
         Pepohonan yang rendah dan semak belukar.
         Wilayahnya terpisah oleh jurang-jurang.
         Mata pencaharian penduduk aslinya berburu dan mengumpulkan
            Buah-buahan.
         Selanjutnya beralih usaha peternakan dan pengolahan tanah secara
            primitif.
         Menggunakan alat-alat seperti kapak persegi panjang (rectangular
           axe), diemukan di Malaka, Sumatera, Kalimantan , Filiphina, Jawa,
           Sulawesi dan seluruh Nusa Tenggara.

Kondisi Geografi pada masyarakat Dongson di Vietnam Utara
        Dapat membuat perkakas dari perunggu.
        Peradaban mereka ditandai oleh kemampuan mengerjakan logam
          dengan sempurna.
        Dapat mengolah tanah menjadi usaha irigasi.
        Melakukan usaha perikanan dan pelayaran.

  1. BANGSA NEGRITO DAN WEDDID, HUBUNGAN DENGAN BANGSA-BANGSA DI PASIFIK
            Sebelum kedatangan kelompok-kelompok Melayu Tua dan Muda, negeri kita sudah terlebih dahulu kemasukan orang-orang Negrito dan Weddid. Orang Negrito sekarang masih kedapatan sebagai suku terasing di Malaka (Semang) dan Filiphina (Aeta). Kepalanya dolichocepal atau brachycephal, rambut keriting. Sebutan negrito diberikan orang-orang Spanyol karena yang mereka jumpai itu berkulit hitam mirip dengan jenis-jenis negro.
                        Kelompok Weddid terdiri atas orang-orang dengan kepala mesocephal dan letak mata yang dalam sehingga nampak seperti berang, kulit mereka cokelat tua dan tinggi rata-rata kaum lelakinya 155 cm. weddid artinya jenis Wedda yaitu bangsa yang terdapat di pulau Ceylon (Srilangka). Persebaran orang-orang Weddid di Nusantara cukup luas.

  1. LATAR BELAKANG GEOGRAFI-POLITIK MIGRASI
            Geograf Alers (1955) melihat gerak migrasi bangsa-bangsa dari Asia Tenggara ke Indonesia sebagai penetrasi bangsa Mongoloid atau tepatnya Indo-mongolid ke arah selatan. Dengan sebutan Indo-mongolid dimaksudkannya bangsa-bangsa yang sejak semula sudah merupakan hasil percampuran penduduk berasal dari India dan Cina.
                  Penduduk Asia Tenggara sekarang pada pokonya berasal dari percampuran dua ras (ras Aria di Barat dan ras Mongolid di Timur). Warna kulit kuning-langsat, kuning sawo matang atau kecokelat-cokelatan samapai cokelat tua, membuktikan adanya percampuran kedua ras tersebut. Adapun penduduk yang paling asli di Asia Tenggara, terusir ke Asia Selatan, ditaklukan atau dicampur-kawinkan.
                  Di India percampuran antara ras Aria dan Dravida tidak intensif, sehingga disana kasta tinggi terang warna kulitnya, sedangkan kasta paling bawah yang paling gelap. Tidak mengherankan bahwa dalam bahasa Sansekerta “warna” artinya kasta.

  1. BANGSA INDONESIA DAN POLINESIA
            Dalam menguraikan pertalian antara bangsa Indonesia dan bangsa Polinesia, Howells dalam bukunya Mankind so far menulis sebagai berikut : Suku-suku Mongolid pada awal abad Masehi sudah behasil menduduki wilayah Indonesia sekarang. Mereka disebut sebagai Melayu Tua dan Melayu Muda. Ekspansi ke selatan ini, kemudian membelok ke Timur sehingga lambat laun kemudian mereka mencapai pulau-pulau dihadapan Irian. Percampuran antara Melayu Muda dan Melanesoid dari Irian kita temukan berupa penduduk Indonesia Timur seperti ada di Maluku dan sekitar Timor.  
            Howells juga meneyebutkan bahwa bangsa Polinesia di Samudera Pasifik, besar kemungkinan bersal dari Kepulauan Indonesia. Diduga pada awal abad Masehi mereka meninggalkan kepualauan kita menuju ke arah timur dengan kapal-kapal mereka, akan tetapi tidak singgah di Kepulauan Melanesia.
            Pendapat tersebut di atas diperkuat oleh Kuykendal disertai uraian yang lebih sempurna. Menurut ia sejak masa yang lama sekali bangsa Polinesia ialah mendiami apa yang dinamakan wilayah segitiga Polinesia yang tiga sudutnya berimpit dengan Hawai sebagai puncaknya dan pulau Paskah dan Selandia Baru sebagai dua sudut alasnya. Sewaktu nenek moyang bangsa Eropa tidak mengetahui dunia lain kecuali pantai-pantai Laut Tengah yang dekat bangsa Polinesia sudah menjelajahi lautan ribuan mill tanpa kompas, melainkan dengan bantuan gejala-gejala matahari, awan, burung, arus laut, gelombang, dan bintang malam, jumlah langit menurut lintang tempat serta pergeserannya dari bulan ke bulan.
      



           


0 komentar: