Akulturasi Islam Dalam Bidang Seni Ukir
Akulturasi Islam
Dalam Bidang Seni Ukir - Pada masa perkembangan Islam di zaman madya, berkembang
ajaran bahwa seni ukir, patung, dan melukis makhluk hidup, apalagi manusia
secara nyata, tidak diperbolehkan. Di Indonesia ajaran tersebut ditaati. Hal
ini menyebabkan seni patung di Indonesia pada zaman madya, kurang berkembang.
Padahal pada masa sebelumnya seni patung sangat berkembang, baik patung-patung
bentuk manusia maupun binatang. Akan tetapi, sesudah zaman madya, seni patung
berkembang seperti yang dapat kita saksikan sekarang ini.
Walaupun seni patung untuk menggambarkan makhluk hidup
secara nyata tidak diperbolehkan. Akan tetapi, seni pahat atau seni ukir terus
berkembang. Para seniman tidak ragu-ragu mengembangkan seni hias dan seni ukir
dengan motif daun-daunan dan bunga-bungaan seperti yang telah dikembangkan
sebelumnya. Kemudian juga ditambah seni hias dengan huruf Arab (kaligrafi). Bahkan
muncul kreasi baru, yaitu kalau terpaksa ingin melukiskan makluk hidup, akan
disamar dengan berbagai hiasan, sehingga tidak lagi jelas-jelas berwujud
binatang atau manusia.
Banyak sekali bangunan-bangunan Islam yang dihiasi dengan berbagai
motif ukir-ukiran. Misalnya, ukir-ukiran pada pintu atau tiang pada bangunan
keraton ataupun masjid, pada gapura atau pintu gerbang. Dikembangkan juga seni
hias atau seni ukir dengan bentuk tulisan Arab yang dicampur dengan ragam hias
yang lain. Bahkan ada seni kaligrafi yang membentuk orang, binatang, atau wayang.
0 komentar: