Peran Perdagangan Antarpulau Dalam Proses Integrasi
Peran Perdagangan
Antarpulau Dalam Proses Integrasi Proses integrasi juga terlihat melalui kegiatan pelayaran dan perdagangan antarpulau. Sejak zaman
kuno, kegiatan pelayaran dan perdagangan
sudah berlangsung di Kepulauan Indonesia. Pelayaran dan perdagangan itu berlangsung dari daerah yang satu ke daerah yang lain, bahkan antara negara yang
satu dengan negara yang lain. Kegiatan
pelayaran dan perdagangan pada umumnya berlangsung dalam waktu yang lama. Hal ini, menimbulkan pergaulan dan hubungan kebudayaan antara para
pedagang dengan penduduk setempat.
Kegiatan semacam ini mendorong terjadinya proses integrasi.
Pada mulanya penduduk di suatu pulau cukup memenuhi kebutuhan
hidupnya dengan apa yang ada di pulau tersebut. Dalam perkembangannya, mereka
ingin mendapatkan barang-barang yang terdapat di pulau lain. Untuk memenuhi
kebutuhan tersebut, terjadilah hubungan dagang antar pulau. Angkutan yang
paling murah dan mudah adalah angkutan laut (kapal/perahu), maka berkembanglah
pelayaran dan perdagangan. Terjadinya pelayaran dan perdagangan antarpulau di
Indonesia yang diikuti pengaruh di bidang budaya turut berperan serta
mempercepat perkembangan proses integrasi. Misalnya, para pedagang dari Jawa
berdagang ke Palembang, atau para pedagang dari Sumatra berdagang ke Jepara. Hal
ini menyebabkan terjadinya proses integrasi antara Sumatra dan Jawa. Para
pedagang di Banjarmasin berdagang ke Makassar, atau sebaliknya. Hal ini
menyebabkan terjadi proses integrasi antara masyarakat Banjarmasin (Kalimantan)
dengan masyarakat Makassar (Sulawesi). Para pedagang Makassar dan Bugis
memiliki peranan penting dalam proses integrasi. Mereka berlayar hampir ke seluruh
Kepulauan Indonesia bahkan jauh sampai keluar Kepulauan Indonesia.
Pulau-pulau penting di Indonesia, pada umumnya memiliki pusat-pusat
perdagangan. Sebagai contoh di Sumatra terdapat Aceh, Pasai, Barus, dan
Palembang. Jawa memiliki beberapa pusat perdagangan misalnya Banten Sunda
Kelapa, Jepara, Tuban, Gresik, Surabaya, dan Blambangan. Kemudian di dekat Sumatra
ada Bandar Malaka. Malaka berkembang sebagai bandar terbesar di Asia Tenggara.
Tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan Portugis. Akibatnya perdagangan Nusantara
berpindah ke Aceh. Dalam waktu singkat Aceh berkembang sebagai bandar dan
sebuah kerajaan yang besar. Para pedagang dari pulau-pulau lain di Indonesia
juga datang dan berdagang di Aceh.
Sementara itu, sejak awal abad ke-16 di Jawa berkembang Kerajaan
Demak dan beberapa bandar sebagai pusat perdagangan. Di Indonesia bagian tengah
maupun timur juga berkembang kerajaan dan pusat-pusat perdagangan. Dengan
demikian, terjadi hubungan dagang antardaerah dan antarpulau. Kegiatan
perdagangan antarpulau mendorong terjadinya proses integrasi yang terhubung
melalui para pedagang.
Proses integrasi itu juga diperkuat dengan berkembangnya hubungan kebudayaan. Bahkan juga ada yang diikuti dengan perkawinan.
0 komentar: