Reaksi Rakyat Terhadap Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia
Reaksi Rakyat
Terhadap Pemerintahan Militer Jepang di Indonesia - Oleh karena para
pemimpin bangsa semakin hari semakin tidak tahan menyaksikan penderitaan
rakyat, maka mereka mulai menentang Jepang. Di antara mereka ada yang berani
mengobarkan perlawanan bersenjata. Akibatnya, perlawanan bersenjata melawan Jepang
terjadi di berbagai daerah, sebagai berikut.
- Perlawanan di Aceh, meletus di daerah Cot Plieng yang dipimpin oleh Tengku Abdul Jalil pada bulan November 1942. Ia adalah seorang guru mengaji di Cot Plieng. Jepang berusaha mendekati Tengku Abdul Jalil tetapi ditolak, sehingga pada tanggal 10 November 1942 pasukan Jepang menyerang ke Cot Plieng. Serangan Jepang yang pertama ini dapat dilawan oleh rakyat Aceh. Begitu juga dengan serangan yang kedua dapat dipatahkan. Akhirnya Tengku Abdul Jalil mati ditembak oleh Jepang pada saat ia sedang melaksanakan salat.
- Perlawanan di Jawa Barat, khususnya di daerah Singaparna meletus pada tanggal 25 Februari 1944. Sebelum terjadi perlawanan bersenjata, K.H. Zaenal Mustafa tidak mematuhi perintah Jepang untuk melakukan seikeirei, yaitu penghormatan dengan membungkukkan badan menghadap ke Tokyo untuk menghormati Kaisar Jepang. Menurut K.H. Zaenal Mustafa, perintah itu bertentangan dengan ajaran Islam karena dapat dianggap perbuatan musyrik. Jepang tidak menerima penolakan ini dan menganggap K.H. Zaenal Mustafa sebagai orang yang membahayakan wibawa pemerintah Jepang. Akhirnya pada tanggal 25 Februari 1944 terjadilah pertempuran antara pasukan yang dipimpin K.H. Zaenal Mustafa dengan tentara Jepang. Dalam pertempuran ini, tentara Jepang berhasil menangkap K.H. Zaenal Mustafa dan kawan-kawan seperjuangannya. Ia selanjutnya dimasukkan ke penjara dan dihukum mati.
- Perlawanan di daerah Jawa Barat lainnya adalah di Indramayu dan Loh Bener serta Sindang di daerah Pantai Utara Jawa Barat dekat Cirebon. Perlawanan itu dipimpin oleh H. Madriyas. Perlawanan ini pun berhasil dipatahkan oleh tentara Jepang.
- Perlawanan yang dilancarkan oleh Peta yang terjadi di berbagai daerah, antara lain: 1) Di Blitar, perlawanan meletus pada tanggal 14 Februari 1945 yang dipimpin oleh Shodanco Supriyadi, Muradi, Suparyono, Sunanto, Sudarmo, dan Halir. Supriyadi adalah Komandan Pleton I, Kompi III dari Batalyon II pasukan Peta di Blitar. Sejak pukul 03.00 WIB pasukannya sudah melancarkan serangan hebat dan tentara Jepang terdesak. Namun, pasukan Supriyadi mampu dikalahkan setelah bala bantuan Jepang yang sangat besar datang. Kurang lebih 70 tentara Peta diajukan pada pengadilan militer Jepang untuk diadili. Supriyadi sendiri dalam proses pengadilan tidak disebut-sebut. Ia dinyatakan hilang. 2) Di Aceh perlawanan meletus di daerah Pandreh Kabupaten Berena. Pemimpinnya adalah seorang perwira Giyugun yang bernama Tengku Abdul Hamid. Ia bersama 20 pleton pasukan melarikan diri dari asrama Giyugun, kemudian bergerilya di daerah pegunungan. Untuk menangkapnya, Jepang menyandera keluarganya. Dengan cara itu, Tengku Abdul Hamid tertangkap dan pasukannya pun bubar.
0 komentar: