Teori Evolusi Manusia
Teori Evolusi Manusia - Sebelum membahas mengenai asal-usul
manusia Indonesia, terlebih dahulu kita bahas mengenai teori evolusi.
Teori evolusi membahas tentang asal-usul makhluk manusia beserta
perkembangan fisik manusia. Teori evolusi merupakan kajian yang berakar
pada filsafat materialistis. Filsafat materialisme berkembang dan
menyebar luas pada abad ke-19. Filsafat materialisme berusaha
menjelaskan penciptaan alam ini semata-mata karena faktor-faktor yang
bersifat materi.
Para pendukung filsafat ini berpandangan bahwa segala sesuatu muncul
tidak melalui proses penciptaan, melainkan melalui sebuah peristiwa
kebetulan yang kemudian mencapai kondisi teratur. Pada pertengahan abad
ke-19, filsafat materialisme melahirkan teori evolusi.
Tokoh yang mengemukakan teori evolusi ialah seorang naturalis yang
berasal dari Inggris, yaitu Charles Robert Darwin (1809-1882). Ia
memiliki ketertarikan yang kuat pada alam dan makhluk hidup. Minat
tersebut pada akhirnya mendorong dia untuk bergabung dalam ekspedisi
pelayaran dengan sebuah kapal bernama H.M.S. Beagle, yang berangkat dari
Inggris tahun 1832. Dia mengarungi berbagai belahan dunia selama lima
tahun. Pengamatan alam yang dia lakukan melalui perjalanan tersebut
menumbuhkan perasaan takjub pada dirinya dengan melihat begitu banyaknya
ragam spesies makhluk hidup. Fokus perhatiannya terutama ditujukan pada
jenis-jenis burung finch di Kepulauan Galapagos. Ia mengira bahwa
variasi pada paruh burung-burung tersebut disebabkan oleh adaptasi
mereka terhadap habitatnya.
Dengan pemikiran ini, ia menduga bahwa asal-usul kehidupan dan spesies
berdasar pada konsep “adaptasi terhadap lingkungan”. Menurut Darwin,
aneka spesies makhluk hidup tidak diciptakan secara terpisah dan beragam
melainkan berasal dari nenek moyang yang sama. Kemudian muncul berbagai
jenis dan ragam makhluk hidup karena proses adaptasi mereka yang
berbeda akibat kondisi alam yang berbeda. Darwin mengemukakan gagasan
yang menyatakan bahwa individu-individu yang beradaptasi pada habitat
mereka dengan cara terbaik, akan menurunkan sifat-sifat mereka kepada
generasi berikutnya. Sifat-sifat yang menguntungkan ini lama-kelamaan
terakumulasi dan mengubah suatu individu menjadi spesies yang sama
sekali berbeda dengan nenek moyangnya. Menurut Darwin, manusia adalah
hasil paling maju dari mekanisme ini. Darwin menamakan proses ini
sebagai “evolusi melalui seleksi alam” (survival of the fittest). Ia
kemudian mempublikasikan pandangannya ini dalam bukunya yang berjudul
“The Origin of Species, By Means of Natural Selection” pada tahun 1859.
Meskipun demikian, nampaknya Darwin sendiri mempunyai beberapa keraguan
dalam pengungkapan teorinya tersebut. Hal ini terungkap dalam salah satu
bab yang dituangkannya dalam buku tersebut yang diberi judul
“Difficulties of the Theory”. Kesulitan-kesulitan ini terutama pada
catatan fosil dan organ-organ rumit makhluk hidup (misalnya mata) yang
tidak mungkin dijelaskan dengan konsep kebetulan, dan naluri makhluk
hidup. Darwin berharap
kesulitan-kesulitan ini akan teratasi oleh penemuan-penemuan baru.
Walau bagaimanapun, nampaknya pada saat penyusunan teorinya, Darwin
diilhami oleh para ahli biologi evolusionis sebelumnya, terutama seorang
ahli biologi Prancis, Lamarck. Menurut Lamarck, makhluk hidup
mewariskan ciri-ciri yang mereka dapatkan selama hidupnya dari satu
generasi ke generasi berikutnya, sehingga terjadilah evolusi. Sebagai
contoh, jerapah berevolusi
dari binatang yang menyerupai antelop. Perubahan itu terjadi dengan
memanjangkan leher mereka sedikit demi sedikit dari generasi ke generasi
ketika berusaha menjangkau dahan yang lebih tinggi untuk memperoleh
makanan. Darwin menggunakan hipotesis Lamarck tentang “pewarisan
sifat-sifat yang diperoleh” sebagai faktor yang menyebabkan makhluk
hidup berevolusi. Charles Darwin menulis dua buah buku yang berjudul The
Origin of Species (1859) dan The Descent of Man (1871). Melalui kedua
buku tersebut, Darwin menyatakan bahwa semua jenis makhluk hidup
sekarang ini termasuk juga manusia, berasal dari satu jenis makhluk
bersel satu. Lambat laun mereka berkembang menjadi berjenis-jenis
makhluk hidup. Binatang yang paling maju ialah sejenis kera, dengan
mengalami proses struggle of life, sedikit demi sedikit mengalami
perubahan. Perubahan tersebut pada akhirnya mencapai kesempurnaan,
sehingga mengarah pada wujud manusia seperti sekarang ini. Silakan kamu
diskusikan dengan temanmu, apakah kamu setuju dengan pendapat Darwin
bahwa manusia sekarang ini terwujud dari proses evolusi? Apakah kamu
juga setuju kalau manusia berasal dari makhluk sejenis kera? Kemukakan
pendapatmu! Di dalam proses evolusi manusia terdapat beberapa proses
penting yang terjadi. Pertama, adalah sikap tubuh dan cara bergerak.
Sikap tegak merupakan fase yang sangat penting dan memberikan pengaruh
besar pada proses evolusi selanjutnya. Sikap tegak dimulai dengan
kemampuan duduk tegak, berjalan tegak, dan berakhir dengan berdiri tegak
untuk waktu yang lama. Kemampuan berdiri tegak mempengaruhi pembebasan
tangan dari
tugas menunjang badan. Akibatnya, tangan dapat digunakan untuk melakukan
berbagai pekerjaan yang sebagian besar pekerjaannya berhubungan dengan
membuat dan mempergunakan alat, menyelidiki lingkungan, mencari,
membawa, mempersiapkan dan menyuap makanan, memelihara kebersihan badan,
mempertahankan diri, dan mengasuh anak-anak. Dari sini kita mulai
melihat perbedaan antara manusia dengan hewan primata lainnya; mereka
menggunakan mulut untuk melakukan pekerjaan seperti itu, tetapi manusia
melakukannya dengan tangan. Kedua, evolusi kepala termasuk di dalamnya
adalah otak. Evolusi
kepala berhubungan erat dengan evolusi muka sebagai bagian teratas
system pencernaan dan pernapasan serta evolusi otak. Perubahan makanan
dan cara mengolahnya mempengaruhi struktur mulut sebagai alat pengunyah.
Apalagi setelah ditemukannya api semakin menambah kemajuan manusia
dalam mengolah makanan. Akibatnya ialah pekerjaan mengunyah semakin
berkurang, yang selanjutnya mengakibatkan reduksi alat pengunyah.
Gigi-gigi pipi mengecil, demikian pula rahang dan otot-ototnya. Peranan
alat pembau semakin berkurang, yang berpengaruh terhadap fungsi bagian
otak yang berhubungan dengan pembauan. Sementara di sisi lain, volume
otak semakin membesar dan berpengaruh pada berkembangnya keinginan dan
prakarsa serta pengendaliannya, kepribadian, daya simak, pemikiran, dan
asosiasi serta integrasi pengalaman.
Evolusi yang ketiga berkaitan dengan perkembangan biososial manusia.
Evolusi pada aspek ini menyangkut tiga hal penting, yaitu: pembuatan
alat, organisasi sosial, dan komunikasi dengan bahasa. Evolusi dalam
perubahan sikap tubuh mempengaruhi pembebasan tangan dari pekerjaan
menumpu badan. Hal ini kemudian diperkuat lagi dengan semakin
berkembangnya kemampuan otak untuk berpikir. Dampaknya ialah timbulnya
kepandaian baru dalam pemakaian dan pembuatan alat-alat dari kayu, batu,
dan sebagainya. Kepandaian ini menimbulkan perubahan dalam cara mencari
makan dan mengolah makanan. Kemungkinan berburu binatang-binatang besar
mulai ada dan ini perlu dilakukan secara berkelompok. Bekerja sama
secara kelompok tentunya memerlukan pengorganisasian dan penggunaan
isyarat-isyarat dalam mengatur siasat bersama. Inilah yang pada akhirnya
mendorong terciptanya komunikasi baik secara verbal maupun nonverbal
sebab komunikasi akan sangat diperlukan untuk mengatur kehidupan secara
berkelompok/ bersama.
Teori evolusi yang dikembangkan oleh Charles Darwin meskipun dalam
beberapa hal mengalami perdebatan, tetapi masih tetap dipercaya oleh
banyak orang. Para ilmuwan maupun masyarakat awam mempercayai bahwa
sebelum manusia mencapai bentuknya seperti sekarang ini, manusia telah
mengalami proses evolusi yang sangat panjang. Dari bentuk yang sangat
sederhana sampai pada bentuk sekarang ini yang merupakan bentuk manusia
modern. Teori Darwin tentang asal muasal manusia yang berasal dari
makhluk sejenis kera perlu mendapat pembuktian. Artinya, untuk sampai
pada bentuk manusia seperti sekarang ini haruslah ada sejenis makhluk
peralihan yang dapat menjembatani antara kera dengan manusia. Makhluk
tersebut tentunya secara fisik dan perkembangan otak serta biososial
lainnya mencerminkan peralihan dari makhluk sejenis kera menuju bentuk
seperti manusia sekarang ini. Pada kurun waktu beberapa tahun makhluk
ini tidak dapat ditemukan sehingga kemudian dikenal konsep missing link
yang artinya terputusnya rantai yang dapat menghubungkan antara makhluk
awal dengan manusia modern. Pada akhirnya, banyak orang meragukan teori
yang dikemukakan oleh Darwin. Untuk membuktikan kebenaran teori Darwin,
perlu ditemukan terlebih dahulu makhluk peralihan tadi. Missing link
pada akhirnya dapat dipecahkan oleh penemuan fosil yang ditemukan oleh
Eugene Dubois di daerah Trinil, Jawa Timur, pada tahun 1891. Fosil
tengkorak manusia yang kemudian diberi nama Pithecanthropus Erectus ini
diklaim oleh Dubois sebagai makhluk peralihan dari kera menuju manusia.
Akan tetapi nampaknya keyakinan Dubois ini pada akhirnya dapat
diruntuhkan dengan ditemukannya fosil lain, yaitu Meganthropus
Palaeojavanicus, yang diperkirakan usianya lebih tua dibandingkan dengan
Pithecanthropus Erectus.
Melihat fakta yang telah dikemukakan di atas, apa yang kemudian
terlintas dalam pikiranmu? Dalam ilmu pengetahuan, runtuhnya suatu
pendapat, keyakinan ataupun teori yang sebelumnya sudah diyakini oleh
banyak orang merupakan hal yang wajar. Hal ini disebabkan ilmu
pengetahuan terus berkembang sejalan dengan kebutuhan dan perkembangan
manusia itu sendiri. Kita dapat melihat dari pernyataan di atas yang
memperlihatkan bagaimana keyakinan Dubois dapat diruntuhkan setelah
ditemukannya bukti-bukti baru.
Demikian juga dengan teori Darwin, terutama yang menyangkut asal muasal
manusia yang diyakininya berasal dari makhluk sejenis kera. Akhir-akhir
ini banyak orang yang mulai meragukan kebenaran teori Darwin. Salah satu
contohnya adalah Harun Yahya yang meluncurkan teori terbaru tentang
runtuhnya teori evolusi Darwin.
Meskipun demikian, nampaknya pertanyaan tentang asal-usul manusia modern
masih menjadi pertanyaan besar yang harus kita jawab. Kapankah
dimulainya keberadaan manusia modern? Bagaimana terjadinya? Terjadi
secara lambat laun dan dimulai sejak dulu kala, ataukah dengan cepat dan
baru terjadi akhir-akhir ini? Pertanyaan-pertanyaan tersebut masih
menjadi perdebatan yang hangat di kalangan para ilmuwan. Untuk menjawab
tentang asal-usul manusia memang hanya bisa dibuktikan dari temuan
fosil-fosil. Nampaknya konsep evolusi masih tetap kuat dipertahankan
dalam merangkai sejarah asal-usul manusia.
Ada dua teori yang berhubungan dengan perkembangan manusia modern (Homo
Sapiens). Teori pertama dikenal dengan nama “evolusi-multiregional”.
Teori memandang asal-usul manusia modern sebagai suatu fenomena yang
mencakup seluruh dunia. Pada prinsipnya, manusia modern berasal dari
kerabat yang sama, yaitu dari jenis “the java man” (Homo Erectus).
Mereka menyebar secara bersamaan ke seluruh dunia dan baru kemudian di
tempatnya yang baru mereka melakukan proses evolusi sehingga mencapai
manusia modern.
Menurut hipotesis di atas, jenis manusia Neanderthal merupakan sebagian
hasil evolusi di tiga benua. Dari segi anatomi, jenis manusia
Neanderthal merupakan peralihan antara Homo Erectus dan Homo Sapiens
modern di Eropa, Timur Tengah dan Asia sebelah barat. Tren evolusi
menuju status biologis Homo Sapiens yang terjadi di seluruh dunia
tersebut didorong oleh lingkungan kebudayaan baru di tempat yang baru.
Dengan berkembangnya kebudayaan ke arah yang lebih kompleksitas,
mendorong kemampuan otak untuk semakin berkembang. Otak yang besar dan
cerdas membawa kebudayaan yang lebih kompleks, yang pada gilirannya
menjadikan otak yang lebih besar dan lebih cerdas lagi. Hal tersebut
pada akhirnya mempengaruhi
penyebarluasan perubahan genetis dengan cepat pada setiap populasi di seluruh dunia.
Teori kedua yang bertentangan dengan teori pertama dikenal dengan teori
“out of Africa”. Teori tersebut berdasarkan hipotesis bahwa manusia
modern berasal dari satu daerah, yaitu dari Afrika. Manusia awal yang
hidup di Afrika lambat laun mengalami proses evolusi sehingga mencapai
bentuk manusia modern (Homo Sapiens). Kelompok-kelompok Homo Sapiens
modern ini kemudian bermigrasi dari Afrika menuju belahan bumi lainnya.
Kedatangan manusia modern ini lambat laun pada akhirnya menggantikan
populasi manusia pramodern yang ada. Teori ini dinamakan dengan teori
“out of Africa” karena Afrika Sub-Sahara telah diketahui sebagai tempat
yang paling memungkinkan berlangsungnya evolusi manusia modern yang
pertama. Bukti-bukti penelitian genetika mengenai variasi DNA dalam inti
sel dan mitokondria manusia modern, ternyata lebih mendukung teori “out
of Africa”. Hasil penelitian terbaru dari para ilmuwan menunjukkan
bahwa semua manusia memiliki DNA yang nampak identik. Begitu identiknya
sehingga perbedaan genetis pada sekelompok simpanse bahkan bisa jadi
lebih besar
daripada perbedaan genetis pada enam milyar manusia yang hidup saat ini.
Padahal dalam teori disebutkan bahwa manusia berpisah dengan simpanse
dalam satu garis keturunan sekitar 5 hingga 6 juta tahun lalu. Artinya,
manusia seharusnya memiliki cukup banyak waktu untuk mengembangkan
gen-gen yang berbeda seperti halnya simpanse. Lalu mengapa penelitian
hanya mendapatkan gen-gen yang identik pada manusia? Jawaban atas
pertanyaan di atas, dikatakan para ilmuwan, adalah karena populasi
manusia pernah berkurang hingga sedemikian kecil. Manusia modern
akhirnya hanya diturunkan oleh segelintir orang sehingga gen mereka
serupa. Kesimpulan dari hasil penelitian ini pernah dipublikasikan di
American Journal of Human Genetics. Kesimpulan ini seolah juga
membenarkan teori “Out of Africa” yang menyebutkan bahwa manusia modern
berasal dari satu keturunan di Afrika. Dipercaya, populasi manusia yang
tinggal 2.000 jiwa itu berdiam di Afrika, berkembang, baru kemudian
menyebar ke seluruh penjuru dunia.
Bukti terbaru lainnya mengenai manusia modern yang berevolusi dari
Afrika pernah dimuat dalam harian KOMPAS tanggal 12 Juni 2003. Dalam
beritanya disebutkan bahwa sekelompok ilmuwan yang dipimpin oleh
Profesor Tim White melakukan upaya penggalian dan menemukan sejumlah
tengkorak dari dua orang dewasa dan satu anak-anak. Tengkorak-tengkorak
tersebut
diperkirakan berumur 160.000 tahun. Ketiganya digali dari lapisan
sedimen di dekat Desa Herto di wilayah Afar, sebelah timur Ethiopia.
Mereka ditengarai merupakan fosil manusia modern (Homo Sapiens) yang
tertua di dunia.
Hal yang membuat para peneliti sangat tertarik dengan penemuan di atas
ialah karena ia cocok dengan penelitian genetis terakhir yang
menyebutkan Afrika sebagai asal-usul manusia modern. Selain itu, umur
fosil juga sesuai dengan perkiraan ilmuwan tentang munculnya manusia
modern pertama kali. Tengkorak manusia Herto yang ditemukan tidak sama
persis dengan
tengkorak manusia yang hidup saat ini. Ukuran mereka lebih besar, lebih
panjang, dan tulang alisnya lebih tebal. Perbedaan kecil namun sangat
penting ini, membuat tim peneliti memasukkan tengkorak ini dalam
subspecies baru manusia modern yang disebut Homo Sapiens Idaltu (idaltu
berarti“lebih tua” dalam bahasa lokal Afar). Penemuan fosil di Herto ini
membuat gembira golongan ilmuwan yang meyakini bahwa manusia modern
memiliki nenek moyang yang tinggal di Afrika 200.000 tahun lalu. Mereka
yang mendukung teori “Out of Africa” ini percaya bahwa nenek moyang asal
Afrika itulah yang menyebar ke seluruh penjuru dunia dan menggantikan
spesies “manusia” lain yang ada saat itu, seperti manusia Neanderthal di
Eropa. Ini artinya bila manusia modern telah hidup di Afrika 160.000
tahun lalu, maka kita pastilah bukan keturunan spesies seperti
Neanderthal.
0 komentar: