Teori Masuknya Hindu di Indonesia
Teori Masuknya Hindu di Indonesia –
Agama dan kebudayaan Hindu merupakan agama dan kebudaan asing yang
masuk ke Indonesia. Sebelumnya di Indonesia, masyarakat menganut
kepercayaan lokal animisme dan dinamisme, namun semenjak masuknya
pengaruh Hindu di Indonesia, masyarakat mulai mengenal agama Hindu dan
mulai menerapkan kebudayaan Hindu dalam segala sendi kehidupan mereka,
tentunya dengan tetap mempertahankan beberapa ajaran kepercayaannnya dan
kebudayaan asli mereka. Lalu bagaimana cara agama dan Kebudayaan Hindu
masuk ke Indonesia, glongan apa yang membawanya?, berikut ini pembahasan
sederhananya.
Hindu |
Pada
permulaan tarikh masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang
tingkat peradabannya dianggap sudah tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua
negeri ini menjalin hubungan ekonomi dan perdagangan yang baik. Arus
lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui jalan darat
dan laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina
adalah Selat Malaka. Indonesia yang terletak di jalur posisi silang dua
benua dan dua samudera, serta berada di dekat Selat Malaka memiliki
keuntungan, yaitu:
- Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
- Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
- Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
- Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan
bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional
menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara
pertama yang memberikan pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk
budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang
proses masuknya budaya Hindu-Buddha ke Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis
ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya
penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan
dari penguasa Indonesia untuk menobatkan raja dan memimpin
upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
Pada
hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan
oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering
terjadi peperangan antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit
yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India.
Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia.
Mereka inilah yang kemudian berusaha mendirikan koloni-koloni baru
sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses penyebaran
agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung
hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
Menurut
para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok
pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara.
Para pedagang banyak berhubungan dengan para penguasa beserta rakyatnya.
Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi terjadinya proses
penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari
hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
Von
van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah
menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan. Mereka kemudian
meninggalkan India dengan mengikuti kaum waisya. Dengan jumlah yang
besar, diduga golongan sudralah yang memberi andil dalam penyebaran
budaya Hindu ke Nusantara.
Selain
pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia
yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka
mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang
banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini
disebut Teori Arus Balik.
Pada
umumnya para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa
masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh
orang-orang Indonesia sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di
Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah Sempaga
(Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam
yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli
memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau
barang persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak
pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno.
Berita yang disampaikan prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa
budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
Masuknya
pengaruh unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan
menambah khasanah budaya Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Agama
Ketika
memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut
kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem
kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan
orang-orang India. Budaya baru tersebut membawa perubahan pada kehidupan
keagamaan, misalnya dalam hal tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan
bentuk tempat peribadatan.
2. Pemerintahan
Sistem
pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Dalam sistem
ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan
wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas
tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan,
seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.
3. Arsitektur
Salah
satu tradisi megalitikum adalah bangunan punden berundak-undak. Tradisi
tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan bangunan
candi. Jika kita memperhatikan Candi Borobudur, akan terlihat bahwa
bangunannya berbentuk limas yang berundak-undak. Hal ini menjadi bukti
adanya paduan budaya India-Indonesia.
4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian
besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan
selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri
dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia
yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila,
Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan
sebagainya.
5. Sastra
Berkembangnya
pengaruh India di Indonesia membawa kemajuan besar dalam bidang sastra.
Karya sastra terkenal yang mereka bawa adalah kitab Ramayana dan
Mahabharata. Adanya kitab-kitab itu memacu para pujangga Indonesia untuk
menghasilkan karya sendiri. Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia
adalah:
- Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa,
- Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan
- Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.
Agama Hindu
Agama
Hindu berkembang di India pada ± tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu
terdapat dalam kitab sucinya yaitu Weda. Kitab Weda terdiri atas 4
Samhita atau “himpunan” yaitu:
- Reg Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.
- Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci.
- Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
- Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:
- Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.
- Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi” yaitu:
- Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta.
- Dewa Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
- Dewa Siwa, sebagai dewa perusak.
Selain
Dewa Trimurti, ada pula dewa yang banyak dipuja yaitu Dewa Indra
pembawa hujan yang sangat penting untuk pertanian, serta Dewa Agni (api)
yang berguna untuk memasak dan upacara-upacara keagamaan. Menurut agama
Hindu masyarakat dibedakan menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut
Caturwarna yaitu:
- Kasta Brahmana, terdiri dari para pendeta.
- Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
- Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
- Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain
4 kasta tersebut terdapat pula golongan pharia atau candala, yaitu
orang di luar kasta yang telah melanggar aturan-aturan kasta.
0 komentar: