Sultan Muhammad Al Fatih (Sang Penakluk Benteng Konstantinopel) Bagian 1
Prolog
لتفتحن القسطنطينية فلنعم الامير اميرها و لنعم الجيش ذلك الجيش
Konstantinopel pasti akan ditaklukkan.
Rajanya adalah sebaik-baik raja dan tentaranya adalah sebaik-baik
tentara”1, sabda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam di hadapan
para Shahabatnya empat belas abad yang lalu. Delapan abad setelah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata demikian, apa yang
beliau kabarkan benar-benar terjadi. Benteng Konstantinopel yang
terkenal kuat dan tangguh itu, akhirnya takluk di tangan kaum muslimin.
Para Ulama’, di antaranya Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyebutkan, “Di
antara Dalaa’il Nubuwwah atau tanda-tanda kenabian Nabi Muhammad
shallallahu alaihi wasallam adalah sabda beliau yang menceritakan
kejadian-kejadian yang akan terjadi di masa depan2.”
Pujian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
kepada raja dan tentara yang berhasil menaklukkan Konstantinopel,
benar-benar melecut semangat jihad para pemimpin serta mujahidin yang
hidup setelah beliau. Berkali-kali usaha ini dilancarkan, di antaranya:
upaya penaklukan benteng Konstantinopel yang di lancarkan di zaman
Mu’awiyah bin Abi Sufyan di bawah komando anaknya Yazid. Turut serta
dalam pasukan ini Abu Ayyub al-Anshari, seorang shahabat Rasulullah yang
pemberani. Namun usaha ini menemui kegagalan. Abu Ayyub al-Anshari
akhirnya gugur ketika mengikuti pertempuran ini. Sebelum beliau wafat,
beliau sempat berpesan kepada panglima Bani Umayyah; jika ia wafat, ia
ingin sekali dikuburkan di bawah tembok benteng Konstantinopel. Pasukan
muslimin pun menjalankan wasiat beliau; mereka menyerbu musuh sambil
membawa jasad Abu Ayyub al-Anshari, hingga ketika mereka sampai ke
tembok benteng Konstantinopel, para mujahidin menggali lobang, dan
menguburkan beliau di situ, sesuai permintaan terakhir beliau3.
Upaya yang sama juga dilakukan pada zaman
Khalifah Umayyah. Di zaman Khalifah Abbasiyyah, misi yang sama juga di
lakukan namun belum menuai kesuksesan, termasuk di zaman Khalifah Harun
Arrasyid. Setelah kejatuhan Baghdad 656 H, usaha menawan Konstantinopel
diteruskan oleh kerajaan-kerajaan kecil di Asia Timur terutama kerajaan
Seljuk. Pemimpinnya Alp Arselan berhasil mengalahkan Kaisar Roma,
Dimonus, pada tahun 463 H. Akibatnya sebagian besar wilayah kekaisaran
Roma takluk di bawah pengaruh Islam Seljuk. Beberapa usaha untuk
menaklukkan Konstantinopel juga dilakukan oleh para pemimpin Daulah
Utsmaniyyah. Sultan Murad II juga pernah melakukan beberapa kali
pengepungan ke benteng tersebut, namun belum menuai hasil. Hingga
akhirnya Allah subhanahu wa ta’ala mewujudkan impian kaum muslimin untuk
menaklukkan benteng tersebut melalui tangan pemimpin ke-7 Daulah
Utsmaniyyah yang terkenal akan kesalehan dan ketakwaannya kepada Allah.
Dikisahkan bahwa tentaranya tidak pernah meninggalkan shalat wajib sejak
baligh dan separuh dari mereka tidak pernah meninggalkan solat tahajjud
sejak baligh. Sang Sultan sendiri tidak pernah meninggalkan solat
wajib, tahajjud dan rawatib sejak baligh hingga saat kematiannya.
Di samping ketakwaan Sultan dan tentaranya
kepada Allah, mereka memiliki semangat jihad yang tinggi, pantang
menyerah, dan tidak takut mati. Mereka juga berhasil memainkan taktik
perang yang luar biasa. Untuk pertama kalinya dalam sejarah umat
manusia, Sultan dan pasukannya bisa membuat kapal-kapal laut berjalan di
atas daratan. Rute darat yang dilalui kapal-kapal Turki bukanlah rute
yang mudah. Selain harus melewati jalan yang terjal, jarak yang harus
ditempuh pun tidak pendek.4 Bagaimana ceritanya, dan siapakah sosok sang
Sultan sendiri, Selamat membaca:
Biografi Singkat Sang Penakluk Benteng Konstantinopel
Sultan Muhammad Tsaniy atau yang lebih
dikenal dengan Sultan Muhammad Al Fatih, dilahirkan pada tanggal 26
Rajab tahun 833 H, bertepatan dengan tanggal 20 April 1429 M. Beliau
menghabiskan masa kecilnya di kota Adrenah. Ayah beliau, betul-betul
mendidik beliau agar menjadi seorang pemimpin kuat lagi saleh. Sultan
Murad II melatih dan mendidik anaknya itu dari segala segi. Dalam bidang
kesatriaan, beliau dilatih seni berpedang, memanah, dan keterampilan
mengendarai kuda. Tidak kalah penting, dalam bidang keagamaan, Ayah
beliau mendatangkan beberapa Ulama’ pilihan di zamannya untuk mendidik
agama beliau, di antaranya adalah Syekh Ahmad bin Ismail Al-Kuroniy,
seorang pakar fikih yang juga memiliki pengetahuan yang dalam dalam
bidang ilmu Nahwu, Ma’ani, dan Bayan. Beliau adalah seorang ulama’ yang
diakui keilmuannya oleh para ulama’ lainnya yang hidup di masanya.
Bahkan Muhammad al-Fatih menyebutnya sebagai “Abu Hanifah zamannya”. Di
samping itu, Muhammad al-fatih juga mewarisi sikap pemberani dan tidak
mudah putus asa dari ayahnya. Beliau mempelajari ilmu perang, strategi
pertempuran, teknik mengepung kota dan beberapa wawasan kemiliteran
lainnya. Muhammad al-Fatih juga gemar mempelajari sejarah Islam mulai
dari zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hingga zaman beliau
hidup saat itu, kisah sejarah yang dipenuhi kisah-kisah kepahlawanan dan
kesatriaan para pahlawan Islam. Hal-hal yang kelak mendukung langkah
beliau dalam pertempuran untuk menaklukkan benteng Konstantinopel.
Muhammad al-Fatih pun tumbuh menjadi
seorang pemuda yang perkasa dan saleh di bawah didikan ayah dan
guru-gurunya. Tinggi badannya sedang-sedang saja, namun anggota tubuh
beliau menceritakan keperkasaannya. Muhammad al-Fatih sangat mahir
mengendarai kuda dan pandai memainkan senjata. Beliau dikenal sebagai
sosok yang pemberani, adil dalam memutuskan perkara, dalam pengetahuan
agama dan sastranya, zuhud lagi wara’ terhadap dunia, serta memiliki
pandangan ke depan yang tajam. Sang penakluk Konstantinopel ini juga
sangat rajin beribadah. Beliau jarang sekali shalat kecuali di Masjid
Jami’. Beliau juga dikenal sebagai penguasa yang dekat dengan Ulama’.5
Semenjak kecil, Sultan Muhammad telah
mengamati upaya-upaya ayahnya, Sultan Murad II, untuk menaklukkan
Konstantinopel. Beliau juga mengkaji usaha-usaha yang pernah dibuat
sepanjang sejarah Islam ke arah itu, sehingga menimbulkan keinginan yang
kuat dalam dirinya untuk meneruskan cita-cita umat Islam. Ketika beliau
naik tahta -pada usia yang sangat muda- menggantikan ayahnya pada tahun
855 H, beliau mulai berpikir dan menyusun strategi untuk menaklukkan
Konstantinopel6.
Benteng Konstantinopel
Konstantinopel, adalah salah satu bandar
terkenal di dunia. Semenjak kota ini didirikan oleh maharaja Bizantium
yakni Constantine I, ia sudah menyita perhatian masyarakat dunia saat
itu; selain karena faktor wilayahnya yang luas, besar bangunannya,
kemegahan dan keindahan arsitekturnya, Konstantinopel juga memiliki
kedudukan yang strategis. Hal ini yang membuatnya juga mempunyai tempat
istimewa ketika umat Islam memulai perkembangannya di masa Kekaisaran
Bizantium. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberikan
kabar gembira tentang penguasaan kota ini ke tangan umat Islam, seperti
dinyatakan oleh beliau dalam hadistnya.
Dibalik kemegahan Kota ini, Konstantinopel
juga dikenal memiliki pertahanan militer yang terkenal kuat. Benteng
raksasa yang berdiri kokoh, disertai para prajurit yang siap dengan
berbagai macam senjatanya, selalu siap menyambut setiap pasukan yang
hendak menyerang benteng ini. Tidak ketinggalan, galian parit yang besar
membentang mengitari benteng ini, semakin menambah kesan bahwa kota ini
mustahil ditaklukkan. Cukuplah kegagalan-kegagalan ekspedisi jihad umat
Islam sebelumnya untuk menguasai kota ini, sebagai bukti akan
ketangguhan pertahanannya.7
Namun semua ini tidak membuat semangat
Sultan Muhammad Tsaniy menjadi surut. Beliau yakin mampu mewujudkan
impian umat Islam untuk menaklukkan benteng itu. Selain berbekal doa dan
tawakkal kepada Allah, beliau juga menyiapkan taktik-taktik pertempuran
yang matang disertai angkatan perang dalam jumlah besar untuk
menaklukkan Konstantinpel.
Perjalanan Menuju Penaklukan Benteng Konstantinopel
1 Periksa: Sulthan Muhammad al-Fatih, karya Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi hal 6.
2 Lihat: Dalaa’il Nubuwwah, karya Syeikhul Islam Ibnu Taymiyyah hal 46.
3Lihat: Shuwar Min hayatis Shohabah, karya Dr. Abdur Rahman Raf’at Pasya hal 73.
4 Periksa: Sulthan Muhammad al-Fatih, karya Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi dan Mehmed II di www.Wikipedia.com.
5 Periksa: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi
6 Lihat: Mehmed II di www.Wikipedia.com
7 Lihat: As-Sulthon Muhammad al-Fatih, karya Dr. Abdus Salam Abdul Aziz Fahmi, hal 43 dan Mehmed II di www.Wikipedia.com
0 komentar: