Sejarah Transportasi Laut Indonesia
Sejarah Transportasi Laut Indonesia
– Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari
1800 pulau. Pulau-pulau itu dipisahkan oleh laut dan selat, sehingga
untuk menghubungkan antara pulau satu dengan yang lainnya dibutuhkan
sarana tranportasi yang memadai.
Kapal
laut merupakan sarana yang penting di dalam aktifitas hubungan antara
masyarakat dari pulau yang satu dengan pulau yang lainnya, hal ini juga
menyebabkan bahwa bangsa indonesia mendapat julukan sebagai bangsa
pelaut, karena mereka telah terbiasa mengarungi lautan di wilayah
Nusantara.
Perahu Pinisi Makassar |
Bukti-bukti
yang menunjukan bahwa bangsa Indonesia telah memanfaatkan kapal-kapal
sebagai sarana penting dalam transportasi laut, seperti yang tergambar
pada relief-relief Candi Borobudur dalam bentuk perahu bercadik yang
telah mampu berlayar sampai ke Pulau madagaskar (Afrika). Juga
pembuatan perahu Pinisi yang dilakuan oleh bangsa Makassar di Sulawesi
Selatan.
Teknologi
pembuatan kapal di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat
setelah mendapat pengaruh asing. Dari para pelaut asing itulah bangsa
Indonesia memperoleh tambahan pengetahuan teknologi navigasi dan
pelayaran, sehingga akhirnya Indonesia memiliki Idustri kapal yang
modern.
Industri
perkapalan berawal dari sebuah bengkel tempat mereparasi kapal.
Kemudian bengkel itu berkembang menjadi industri yang merancang dan
membangun kapal sebagai sarana transportasi laut, dan dioperasikan oleh
PT. Pelayaran laut Nasional Indonesia (PT. PELNI). Industri kapal
Indonesia dimotori oleh PT. PAL Indonesia. Perusahaan ini merupakan
sebuah BUMN. Pendiri perusahaan kapal ini telah dirintis sejak tahun
1823, yaitu pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Ide pendirian bengkel
reparasi kapal laut ini dimunculkan oleh Gubernur General Hindia
belanda V.D. Capellen. Nama perusahan itu adalah NV. Nederlandsch
Indische Industrie.
Pada
tahun 1849, sarana perbaikan dan pemeliharaan kapal mulai terwujud di
daerah Ujung, surabaya. namun pada tahun 193 pemerintah Hindia Belanda
mengganti nama menjadi Marine Establishment (ME). ME berfungsi sebagai
sebuah pabrik pemeliharaan dan perbaikan kapal. Pada masa pendudukan
jepang, ME tidak berubah fungsi dan tetap menjadi bengkel reparasi dan
perbaikan kapal-kapal angkatan laut tentara Jepang dibawah pengawasan
Kaigun. Tetapi pada masa perang kemerdekaan, ME kembali dikuasai Belanda
dan baru diserahkan pada Indonesia pada tanggal 27 Desember 1949. Sejak
saat itu nama perusahaan kapal laut tersebut diubah menjadi Penataran
Angkatan Laut (PAL).
Pada
athun 1978, status PT. PAL diubah menjadi perusahaan umum (Perum) PAL. 3
tahun kemudian, yaitu pada tahun 1981 bentuk badan usaha Perum PAL
diubah menjadi perseroan dengan pimpinan Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie
(saat itu menjabat sebagai menristek). PT. PAL memproduksi berbagai
jenis kapal, mulai dari kapal ikan, kapal niaga, kapal perang, tugboat,
tanker, kapal penumpang dan kapal riset. Kapal riset buatan PT. PAL
adalah kapal Baruna Jaya VIII milik LIPI.
Sementara
itu upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam bidang trasportasi
laut antara lain merehabilitasi dan meningkatkan kapasitas
infrastruktur yang ada, seperti pengadaan kapal Feri dan kapal
pengangkut barang, perbaikan pelabuhan-pelabuhan laut, terminal peti
kemas dan dermaga-dermaga. hal itu bertujuan untuk lebih memperlancar
lalu lintas antar pulau, meningkatkan perdagangan domestik dan
internasional Indonesia.
0 komentar: