KHALIFAH CORDOVA DI ANDALUSIA


A.  Awal Mula Sejarah Berdirinya Pemerintahan Khalifah Cordova
            Cordova setaraf dengan Konstantinopel, ibukota kerajaan Bizantium serta Kaherah, ibu kota kekhalifahan Fatimiah. Keajaiban dunia. Begitulah penulis Barat, Stanley Lane-Poole, menjuluki Cordova pada era tamadun Islam. ”Cordova memiliki seluruh keindahan. Ornamen-ornamennya begitu indah dipandang dan mengagumkan penglihatan,’’ tutur Lane-Poole. Jejak kejayaan Islam tak hanya meninggalkan bangunan-bangunan megah, namun mewariskan peradaban dan ilmu pengetahuan yang tak ternilai harganya. Secara geografis, Cordova terletak di Provinsi Andalusia, sebelah Barat Spanyol. Kota bersejarah itu bertengger di sepanjang tebing sungai Guadalquivir.
Kota yang awalnya bernama Iberi Baht itu dibangun pada masa pemerintahan Romawi berkuasa di Guadalquivir. Sejak saat itu, nama Cordova mulai termasyhur. Penguasa Romawi bernama Lotheo pernah menguasai kota itu dan menjadikannya sebagai ibu kota negara Meridional Spanyol pada 169 SM. Julius Caesar, panglima militer dari Romawi juga sempat menaklukan Cordova pada tahun 45 M. Lima abad kemudian, Cordova berada dalam kekuasaan Bizantium di bawah komando Raja Goth Barat.
Sejarah Cordova memasuki babak baru ketika Islam datang ke wilayah itu pada 711 M atau 93 H. Di bawah komando Tariq bin Ziad, tentara Islam yang membawa pesan dakwah dan berhasil menaklukkan Spanyol dari Goth Barat, Kekaisaran Visigoth. Misi penaklukan yang dilakukan Tariq bin Ziad itu dilakukan atas perintah Musa bin Nusair, gubernur Afrika Utara, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik atau Al-Walid I (705-715) dari Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus. Dengan dikuasainya Spanyol, 700 tentara kavaleri Islam yang dipimpin panglima perang Mugith Ar- Rumi, seorang bekas budak, dengan mudah menguasai Cordova.
Penaklukan Cordova dilakukan pada malam hari. Mugith Ar- Rumi dengan pasukan berkudanya berhasil mendobrak tembok Cordova. Selain menguasai Cordova, pasukan tentara Islam juga menaklukan wilayah-wilayah lain di Spanyol seperti, Toledo, Seville, Malaga serta Elvira. Selama pemerintahan Umayyah berpusat di Damaskus, Toledolah yang menjadi ibu kota Spanyol.
Cordova baru menjadi ibukota Spanyol, ketika Dinasti Umayyah ditumbangkan Abbasiyah dan pusat kekuasaan bergeser dari Damaskus ke Baghdad. Setelah dikalahkan Abbasiyah, Dinasti Umayyah, lalu membangun kekuasaannya di Spanyol. Cordova pun mulai menjadi pusat kekuasaan Ummayah di bawah pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I.
Masa masuk dan berkembangnya Islam di Cordova itu berlangsung dari 711-912 M. Mulai dari 912 hingga 976M, peradaban Cordova mulai menggeliat. As-Samah bin Malik Al- Khaulani merupakan merupakan tokoh yang membangunkan dan mengembangkan Cordova hingga menjadi salah satu sebuah kota terbesar di Eropa.

B.  Situasi Pemerintahan Khalifah Cordova dalam Setiap Periodenya
            Sejak pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peran yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang pemerintahan pada masa Khalifah Cordova dibagi menjadi tiga  periode, yaitu:

v  Periode Pertama (771-755 SM)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu amat singkat. Perbedaan pandang politik menyebakan terjadinya perang saudara. Hal ini ada hubungannnya dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing, yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya Spanyol pada saat itu tidak ada Gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka yang cukup lama.
Gangguan dari luar datang dari musuh-musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir dari Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang mengadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya  Abd Al- Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138H/775 M.

v  Periode Kedua (775-912 SM)
Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138 H/ 775 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani Abbas ketika terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayah di  Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad ibn al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, Adullah ibn Muhammad.
            Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Yang memperkasai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Adurrahman al-Autsah. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai Spanyol.

v  Periode Ketiga (912-1013 SM)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al-Rahman III yang bergelar ”An-Nasir” sampai munculnya ”raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar Khalifah, penggunaan gelar Khalifah, penggunaan gelar Khalifah tersebut bermula dari bermula dari berita yang sampai kepada Adurrahamn III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
            Awal dari kehancuran Khalifah Bani Umayah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 918 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi’ Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M, ia digantikan oleh anaknya  al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan, tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memilki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M Khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan tidak ada yang sanggup memperbaiki kedaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menhapuskan jabatan Khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. 
C.  Bentuk Kebudayaan dan Kemajuan pada Masa Kejayaan  Khalifah Cordova                        
Masa masuk dan berkembangnya Islam di Cordova itu berlangsung dari 711-912 M. Mulai dari 912 hingga 976M, peradaban Cordova mulai menggeliat. As-Samah bin Malik Al- Khaulani merupakan merupakan tokoh yang membangun dan mengembangkan Cordova hingga menjadi salah satu sebuah kota terbesar di Eropa. Cordova menjadi kota utama di Eropa, di saat Paris dan kota-kota di Eropa lainnya masih belum diterangi lampu, penduduk tinggal berpindah-pindah, dan jalan-jalan dari tanah dan batu.
            Di bawah pemerintahan Abdurrahman III Cordova  mengalami zaman keemasan Andalusia. Pada masa pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I, Cordova disulap menjadi pusat perkembangan ilmu, pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan di seluruh benua Eropa. Pada masa kepemimpinannya, Abdurrahman I berupaya untuk mengundang dan mendatangkan ahli fikih, alim ulama, ahli filasafat, dan ahli syair untuk mengunjungi dan mengembangkan ilmunya di Cordova.
Puncak kejayaan dan masa keemasan Cordova di bawah pemerintahan Islam mulai berlangsung pada era pemerintahan Khalifah Abdul Rahman An-Nasir dan pada zaman pemerintahan anaknya Al-Hakam. Ketika itu, Cordova telah mencapai kejayaannya hingga pada taraf kekayaan dan kemewahan yang belum pernah tercapai sebelumnya.
Tidak heran, jika pada era itu Cordova mempu mensejajarkan diri dengan Baghdad sebagai ibu kota pemerintahan Abbasiyah. Tidak hanya itu, Cordova juga setaraf dengan Konstantinopel, ibu kota kerajaan Bizantium sera Kaherah, ibukota kerajaan Fatimiah. Pada saat itu, Cordova telah mampu menempatkan duta besarnya hingga ke negara yang amat jauh seperti India dan Cina. Pada era kejayaan itu, Cordova mengalami kemajuan pesat dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan intelektual. Pada masa kekuasaan Abrurrahman III, berdirilah Universitas Cordova yang termasyhur dan menjadi kebanggaan umat Islam. Berbondong-bondong mahasiswa dari berbagai wilayah, termasuk mahasiswa Kristen dari Eropa menimba ilmu.
Dari universitas inilah, Barat menyerap ilmu pengetahuan. Salah satu mahasiswa Kristen yang menuntut ilmu di Spanyol adalah Gerbert d’Aurillac (945-1003), yang kemudian menjadi Paus Sylvester II. Selepas belajar matematika di Spanyol, dia kemudian mendirikan sekolah katedral dan mengajarkan aritmatika dan geometri kepada para muridnya.
Geliat pendidikan di Cordova makin bersinar pada era pemerintahan Al-Hakam Al-Muntasir sehingga digelari Khalifah yang alim. Sebanyak 27 sekolah swasta berdiri pada masa itu. Gedung perpustakaan mencapai 70 buah menambah kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan. Jumlah pengunjungnya mencapai 400 ribu orang. Padahal, volume kunjungan perpustakaan besar di Eropa lainnya, kala itu, paling tinggi mencapai 1.000 orang. Saat itu, terdapat 170 wanita yang berprofesi sebagai penulis kitab suci Alquran dengan huruf Kufi yang indah. Anak-anak fakir miskin pun bisa belajar secara gratis di 80 sekolah yang disediakan Khalifah. Pendidikan yang tinggi pun diimbangi dengan kesejahteraan masyarakatnya.
Pembangunan pun tumbuh pesat. Bangunan-bangunan berarsitektur megah bermunculan. Ketika malam tiba, jalan-jalan di kota hingga keluar kota diterangi lampu hias yang cantik dan anggun. Kota Cordova pun terbebas dari sampah. Taman-taman nan indah menjadi daya tarik bagi para pendatang yang singgah di kota itu. Mereka bersantai di taman yang dipenuhi bunga dan tata landskap.
Cordova juga dihiasi Istana Az-Zahra yang indah. Kota ini didirikan Kalifah Abdurahman III dan dilanjutkan Khalifah Alhakam II. Medina Azzahara, awalnya dijaikan sebagai pusat pemerintahan Andalusia. Letaknya sekitar 5 km dari pusat kota Cordova. Sejarawan berkebangsaan Turki, Zia Pasya melukiskan keindahan istana itu sebagai mukjizat yang belum pernah tergambar dalam benak pembangunan manapun sejak dunia ada.
Pada masa itu, di Cordova terdapat 283 ribu unit rumah tinggal, 900 kamar mandi umum, 800 unit sekolah serta 50 unit rumah sakit. Sebuah kota yang ideal. Pemerintahan Abdurrahman III telah menciptakan ketentraman bagi rakyatnya. Sepertiga dari penerimaan tahunan yang mencapai 6,245 juta keping emas digunakan untuk belanja negara. Sisanya, dialokasikan untuk pengembangan pertanian, industri dan perdagangan. Rakyat pun sejahtera.
            Simpanan makanan dan makanan diimport dari timur tengan cukup untuk rakyatnya dan kota-kota lain di Andalusia. Sektor pertanian di Cordova adalah paling maju di Eropa dan populasinya mengatasi Kostantinopel.
Andalusia merupakan pusat budaya yang maju dan mempunyai karya-karya yang hebat. Orang muslim dan bukan muslim dari serata dunia datang ke Cordova untuk belajar di perpustakaan dan universitas di Cordova. Cordova juga mampu menandingin Baghdad dalam pelbagai sektor. Bandar Cordova mempunyai lampu jalan, air paip, perpustakaan, hospital, taman, rumah yang besar, dan lain-lain. Orang Eropa di luar Andalusia yang datang ke Cordova tertarik untuk melihat bandar Cordova. Pada masa itu negara-negara lain di Eropa tidak mempunyai pembangunan dan gelap gelita.
            Pada zaman pemerintahan Islam, rakyat-rakyat yang berlainan agama dapat hidup bersama dengan aman damai. Kehidupan mereka jauh lebih baik berbanding sebelum pemerintahan Islam.
  • mereka tidak dipaksa untuk hidup di kawasan tertentu atau diasingkan dari orang Islam.
  • mereka tidak dijadikan hamba untuk orang Islam.
  • mereka tidak dihalang dari mengikut kepercayaan mereka.
  • mereka tidak dipaksa untuk memeluk agama Islam.
  • mereka boleh terlibat dalam pekerjaan yang sama dengan orang Islam seperti bekerja di bank dan urusan jual beli emas dan perak.
  • mereka juga boleh bekerja di sektor-sektor awak.
Ilmuwan Masa Kejayaan Cordova
            Berkembang pesatnya ilmu pengetahuan di Cordova pada era kejayaan Islam telah sejumlah ilmuwan dan ulama termasyhur. Cordova merupakan pusat intelektual di Eropa dengan perguruan-perguruan yang amat terkenal dalam bidang kedokteran, matematika, filsafat, kesusateraan bahkan musik. Kontribusi para intelektual dan ulama yang lahir dari Cordova sangat diakui dan memberi pengaruh bagi peradaban manusia. Di antara para ilmuwan yang muncul pada masa keemasan Islam di Cordova antara lain :
a.  Ibnu Rusyidi
Abul al Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusydi, yang kemudian dikenal dengan Ibnu Rusyidi atau Averrous, merupakan ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh pada abad ke-12 dan abad ke berikutnya. Ia adalah seorang filosof yang sangat berjasa mengintegrasikan Islam dengan tradisi pemikiran Yunani.
b.  Ibnu Hazmi
            Seorang ulama yang mujtahid. Ia telah menulis kitab Al-Muhalla.
c.  Al-Qurtubi
            Merupakan ahli tafsir. Ia telah menulis tafsir Al-Qurtubi.
d.  Az-Zahrawi
            Seorang dokter ahli bedah. Ia telah mengenalkan ilmu keperawatan dan menciptakan alat pembedahan teknik terbaru bedah dalam dan luar. Az-Zahrawi juga telah menulis buku medis bergambar. Pakar kedokteran Eropa mengetahui ilmu bedah melalui buku-bukunya.
e.  Ibnu Wafid Al-Lakhmi
            Seorang dokter yang terkemuka di Spanyol, pada masanya.

f.  Ibnu Tufail
            Seorang filsuf dan tabib yang hidup sekitar tahun 1100-1185 M.
g.  Al-Ghafiqi
            Al-Ghafiqi adalah seorang tabib yang mengoleksi tumbuh-tumbuhan dari Spanyol dan Afrika
h.  Al-Idrisi
            Bernama lengkap Abu Abdullah Muhammad Al-Idrisi adalah seorang kartografer dan geografer.

i.   Ibnu Abbas bin Farnas
            Peletak dasar konsep pesawat terbang.
Tempat-tempat Bersejarah pada Masa Kejayaan  Khalifah Cordova
Mezquita
Mezquita merupakan bukti kegemilangan pemerintahan Islam di Cordova dalam bidang seni bangunan (arsitektur). Mezquita ini dibeli dari gereja dan mulai direnovasi pada tahun 784 M dan dari tahun ke tahun mezquita semakin megah. Mezquita juga merupakan masjid terbesar di Eropa dan kedua terbesar di dunia Islam. Seni bangunan  Mezquita di bagian gerbangnya telah diadaptasikan dalam gereja-gereja lain di Eropa.
Madina Zahra
Pada tahun 936, Abdur Rahman III mengambil keputusan untuk membuka satu bandar lain. Bandar Madina Zahra dibina 8 km dari Cordova di kaki Sierra Morena . Nama itu diambil dari nama isterinya Azaharah. Malangnya kegemilangan nya hanya singkat karena hancur diserang pasukan Berber sepanjang 1010 hingga 1013. Sekarang yang tinggal hanya sebagian saja untuk dijadikan tempat bagi para pelancong, itu pun sudah hancur.
Saksi Sejarah Kejayaan Islam
Orang Spanyol masa kini menyebutnya Le Mezquita. Bangunan megah nan indah yang didaulat organisasi pendidikan, sains dan kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai tempat yang sangat bersejarah dan penting di dunia pada 1994 itu bernama Masjid Cordova. Bangunan yang berdiri kokoh itu merupakan saksi sejarah, sekaligus peninggalan masa keemasan Cordova di era kejayaan Islam.
Masjid Cordova ––  yang dinilai kalangan Islam dan Kristen sebagai keajaiban dunia abad pertengahan ––  luasnya sekitar 23.400 meter persegi. Dahulu dirancang untuk menampung lebih dari 9.000 jamaah sholat. Dalam buklet The Cathederal of Cordoba, disebutkan  mezquita ini dibangun di atas gereja San Vicente pada tahun 785. Versi lain menyebutkan, masjid ini dibangun di atas situs Visigothic, kuil Romawi.
Pembangunannya dimulai pada pemerintahan Abdurahman I antara tahun 784 dan 786. Kemudian diperluas pada  Abdurahman II (833-852), Al-Hakam II (961-976), dan Al-Mansur (987). Masjid Cordova mulai dirancang pada 785 M. Dua tahun kemudian, Awalnya, bangunan masjid itu hanya berukuran 70 meter persegi di atas tanah seluas 5.000 meter yang berbentuk pelataran. Masjid itu memiliki 11 ruangan besar yang tegak lurus terhadap arah kiblat.
Tiap-tiap ruangan itu dipisahkan atau dibatasi 11 deretan arcade yang atapnya mempunyai lengkungan-lengkungan. Setiap deretan mempunyai 11 tiang kolom sehingga masing-masing ruangan seolah-olah memiliki 20 tiang kolom. Jumlah tiang-tiang kolom itu mencapai 110 tiang kolom. Tiang-tiang kolom itu adalah tiang-tiang antik zaman Romawi.
Kini, panjang Masjid Cordova dari utara ke selatan mencapai 175 meter dan lebarnya dari timur ke Barat 134 meter. Sedangkan tingginya mencapai 20 meter. Pada era pemerintahan Hisyam I (788-796) dan juga Al-Hakam I (796-822), Masjid Cordova sama sekali tidak mengalami modifikasi. Barulah ketika masa Abdurrahman II (822-852), perluasan dilakukan.
Dengan seni arsitektur yang sangat indah, menara Masjid Cordova mencapai 40 yard. Kubahnya terdiri dari kayu berukir. Setelah berkali-kali direnovasi, jumlah tiangnya mencapai 1.293 buah terbuat dari marmer. Pada masa kejayaan Islam, aktivitas di masjid begitu semarak. Tak heran, jika pada malam hari, masjid itu diterangi 4.700 buah lampu yang menghabiskan 11 ton minyak pertahun.
Dekorasi Masjid Cordova dikerjakan selama masa pemerintahan Khalifah al-Hakam II, terutama di lokasi sekitar mihrab dan maqsurah: pintu-pintu (seluruhnya ada sembilan pintu) yang terbuat dari tembaga kuning, kecuali sebuah yang terbuat dari emas murni. Maqsurah di Cordova, secara arsitektur tergolong sangat bagus.
Setiap gerbang di masjid itu terdapat batu-bata merah dan batu putih. Gabungan unsur batu-batu tersebut mampu mewujudkan konsep jaluran yang menakjubkan. Konsep jaluran merah-putih itu banyak mempengaruhi seni arsitektur bangunan di Spanyol. Hiasan dindingnya disemarakkan unsur flora dan inskripsi dari Alquran dalam bentuk ukiran kapur, kaca, marmar dan mozaik emas.
Selain itu, kemegahan dekorasi pada ruang shalat juga sangat menonjolkan ruang mihrab. Lubang- lubang hiasan diletakkan pada ruangan kecil berbentuk segi delapan. Konfigurasi yang menakjubkan pada mihrab tersebut menjadi pusat perhatian. Kemegahan Masjid Cordova yang bertahan hingga sekarang menjadi saksi masa keemasan Islam di benua Eropa.

D. Runtuhnya Pemerintahan Khalifah Cordova
            Kejatuhan kekhalifahan Cordova adalah disebabkan perang saudara antara 1009 hingga 1013 dan akhirnya hancur pada tahun 1031 M. Awal dari kehancuran Khalifah Bani Umayah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 918 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi’ Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M, ia digantikan oleh anaknya  al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan, tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memilki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M Khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan tidak ada yang sanggup memperbaiki kedaan. Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menhapuskan jabatan Khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. 
Keruntuhan Cordova tidak saja diratapi oleh Umat Islam, tetapi juga seorang penulis Kriten Stanley Lane Poole dalam bukunya “The Mohammadan Dynasties” mengakui betapa mundurnya peradaban Andalusia setelah runtuhnya kerajaan Islam Cordova. Pengakuan dunia Kristen terhadap peradaban Islam Cordova dapat dibuktikan dengan permintaan Inggris agar pemuda pemuda Inggris dapat menuntut ilmu di Universitas Cordova. Surat Raja Inggris itu diterima oleh Sultan Hisyam III yang berbunyi antara lain,“Kami telah mendengar kemajuan Ilmu dan industri di Negara Paduka Yang Mulia. Karenanya kami bermaksud mengirim putera-puteri terbaik kami untuk menimba ilmu di Negara Paduka Yang Mulia agar ilmu pengetahuan tersebar ke negeri kami yang dikelilingi kebodohan dari empat penjuru. (Wajah Dunia Islam oleh Dr Muhammad Sayid al-Wakil).























BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP

v  Kesimpulan :
Khalifah Cordova merupakan pemerintahan Islam terbesar di wilayah Andalusia (Spanyol). Cordova awalnya bernama Iberi Baht itu dibangun pada masa pemerintahan Romawi berkuasa di Guadalquivir. Sejak saat itu, nama Cordova mulai termasyhur. Penguasa Romawi bernama Lotheo pernah menguasai kota itu dan menjadikannya sebagai ibu kota negara Meridional Spanyol pada 169 SM.
Cordova baru menjadi ibukota Spanyol, ketika Dinasti Umayyah ditumbangkan Abbasiyah dan pusat kekuasaan bergeser dari Damaskus ke Baghdad. Setelah dikalahkan Abbasiyah, Dinasti Umayyah, lalu membangun kekuasaannya di Spanyol. Cordova pun mulai menjadi pusat kekuasaan Ummayah di bawah pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I.
Masa masuk dan berkembangnya Islam di Cordova itu berlangsung dari 711-912 M. Mulai dari 912 hingga 976M, peradaban Cordova mulai menggeliat. As-Samah bin Malik Al- Khaulani merupakan merupakan tokoh yang membangunkan dan mengembangkan Cordova hingga menjadi salah satu sebuah kota terbesar di Eropa.
Pada masa pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I, Cordova disulap menjadi pusat perkembangan ilmu, pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan di seantero benua Eropa. Pada masa kepemimpinannya, Abdurrahman I  erupaya untuk mengundang dan mendatangkan ahli fikih, alim ulama, ahli filasafat, dan ahli syair untuk bertandang dan mengembangkan ilmunya di Cordova.
Puncak kejayaan dan masa keemasan Cordova di bawah pemerintahan Islam mulai berlangsung pada era pemerintahan Khalifah Abdul Rahman An-Nasir dan pada zaman pemerintahan anaknya Al-Hakam. Ketika itu, Cordova telah mencapai kejayaannya hingga pada taraf kekayaan dan kemewahan yang belum pernah tercapai sebelumnya.
Kejatuhan kekhalifahan Cordoba adalah disebabkan perang saudara antara 1009 hingga 1013 dan akhirnya hancur pada tahun 1031 M.

v  Penutup
Demikianlah penyajian materi pada makalah ini, semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca sekalian. Mohon maaf jika dalam penyajian makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Saran dan kritik yang membangun selalu kami nantikan guna perbaikan di kemudian hari. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.






















DAFTAR PUSTAKA

Kartika, Sri. 2004. Sejarah Islam. FKIP Sejarah Universitas Sriwijaya.

Usairy. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Akbar.

Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Rajawali Pers Grafindo.

Website:

0 komentar: