KHALIFAH CORDOVA DI ANDALUSIA
A. Awal Mula Sejarah Berdirinya Pemerintahan
Khalifah Cordova
Cordova setaraf dengan
Konstantinopel, ibukota kerajaan
Bizantium serta Kaherah, ibu kota
kekhalifahan Fatimiah. Keajaiban dunia. Begitulah penulis Barat, Stanley
Lane-Poole, menjuluki Cordova
pada era tamadun Islam. ”Cordova
memiliki seluruh keindahan. Ornamen-ornamennya begitu indah dipandang dan
mengagumkan penglihatan,’’ tutur Lane-Poole. Jejak kejayaan Islam tak hanya
meninggalkan bangunan-bangunan megah, namun mewariskan peradaban dan ilmu
pengetahuan yang tak ternilai harganya. Secara geografis, Cordova terletak di Provinsi Andalusia, sebelah Barat Spanyol. Kota
bersejarah itu bertengger di sepanjang tebing sungai Guadalquivir.
Kota yang awalnya bernama Iberi Baht itu dibangun pada masa pemerintahan
Romawi berkuasa di Guadalquivir. Sejak saat
itu, nama Cordova
mulai termasyhur. Penguasa Romawi bernama Lotheo pernah menguasai kota itu dan
menjadikannya sebagai ibu kota negara Meridional Spanyol pada 169 SM. Julius
Caesar, panglima militer dari Romawi juga sempat menaklukan Cordova pada tahun 45 M. Lima abad kemudian, Cordova berada dalam
kekuasaan Bizantium di bawah komando Raja Goth Barat.
Sejarah Cordova
memasuki babak baru ketika Islam datang ke wilayah itu pada 711 M atau 93 H. Di
bawah komando Tariq bin Ziad, tentara Islam yang membawa pesan dakwah dan
berhasil menaklukkan Spanyol dari Goth Barat, Kekaisaran Visigoth. Misi penaklukan
yang dilakukan Tariq bin Ziad itu dilakukan atas perintah Musa bin Nusair,
gubernur Afrika Utara, di bawah pemerintahan Walid bin Abdul Malik atau
Al-Walid I (705-715) dari Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus. Dengan
dikuasainya Spanyol, 700 tentara kavaleri Islam yang dipimpin panglima perang
Mugith Ar- Rumi, seorang bekas budak, dengan mudah menguasai Cordova.
Penaklukan Cordova
dilakukan pada malam hari. Mugith Ar- Rumi dengan pasukan berkudanya berhasil
mendobrak tembok Cordova.
Selain menguasai Cordova,
pasukan tentara Islam juga menaklukan wilayah-wilayah lain di Spanyol seperti, Toledo, Seville, Malaga serta Elvira.
Selama pemerintahan Umayyah berpusat di Damaskus, Toledolah yang menjadi ibu kota Spanyol.
Cordova baru menjadi ibukota Spanyol, ketika Dinasti Umayyah ditumbangkan
Abbasiyah dan pusat kekuasaan bergeser dari Damaskus ke Baghdad. Setelah dikalahkan Abbasiyah,
Dinasti Umayyah, lalu membangun kekuasaannya di Spanyol. Cordova pun mulai menjadi
pusat kekuasaan Ummayah di bawah pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau
Abdurrahman I.
Masa masuk dan berkembangnya Islam di Cordova itu berlangsung dari
711-912 M. Mulai dari 912 hingga 976M, peradaban Cordova mulai menggeliat. As-Samah bin Malik Al-
Khaulani merupakan merupakan tokoh yang membangunkan dan mengembangkan Cordova hingga menjadi salah
satu sebuah kota
terbesar di Eropa.
B. Situasi Pemerintahan Khalifah Cordova dalam
Setiap Periodenya
Sejak pertama kali
menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan
peran yang sangat besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad.
Sejarah panjang pemerintahan pada masa Khalifah Cordova dibagi menjadi tiga periode, yaitu:
v Periode Pertama (771-755
SM)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan
para wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus.
Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara
sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar.
Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa,
terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat
perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang
berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling berhak
menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali
pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu amat singkat. Perbedaan
pandang politik menyebakan terjadinya perang saudara. Hal ini ada hubungannnya
dengan perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di
dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus bersaing,
yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis
ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama ketika tidak ada figur
yang tangguh. Itulah sebabnya Spanyol pada saat itu tidak ada Gubernur yang
mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka yang cukup lama.
Gangguan dari luar datang dari musuh-musuh Islam di
Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak
pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri.
Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu mengusir dari
Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang
mengadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki
kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir
dengan datangnya Abd Al- Rahman
Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138H/775 M.
v Periode Kedua (775-912 SM)
Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol
tahun 138 H/ 775 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk Spanyol). Dia adalah
keturunan Bani Umayah yang berhasil lolos dari kerajaan Bani Abbas ketika
terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan
dinasti Bani Umayah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini
adalah Abd al-Rahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al-Rahman al-Ausath,
Muhammad ibn al-Rahman, Munzir ibn Muhammad, Adullah ibn Muhammad.
Pada
periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam
bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil
mendirikan mesjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol.
Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam dikenal sebagai
pembaharu dalam bidang kemiliteran. Yang memperkasai tentara bayaran di
Spanyol. Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta
ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman
Adurrahman al-Autsah. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk
datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai Spanyol.
v Periode Ketiga (912-1013
SM)
Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd
al-Rahman III yang bergelar ”An-Nasir” sampai munculnya ”raja-raja kelompok”
yang dikenal dengan sebutan Muluk
al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar
Khalifah, penggunaan gelar Khalifah, penggunaan gelar Khalifah tersebut bermula
dari bermula dari berita yang sampai kepada Adurrahamn III, bahwa Al-Muktadir,
Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya
sendiri.
Awal dari kehancuran Khalifah Bani
Umayah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun.
Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 918
M, Khalifah menunjuk Ibn Abi’ Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak.
Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan
wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan
saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar
al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M, ia digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan
keunggulan kerajaan. Akan, tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia
digantikan oleh adiknya yang tidak memilki kualitas bagi jabatan itu. Dalam
beberapa tahun saja, negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya
kehancuran total. Pada tahun 1009 M Khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang
yang dicoba untuk menduduki jabatan tidak ada yang sanggup memperbaiki kedaan.
Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menhapuskan
jabatan Khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara
kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.
C. Bentuk Kebudayaan dan Kemajuan pada Masa
Kejayaan Khalifah Cordova
Masa masuk dan berkembangnya Islam di Cordova itu berlangsung dari
711-912 M. Mulai dari 912 hingga 976M, peradaban Cordova mulai menggeliat. As-Samah bin Malik Al-
Khaulani merupakan merupakan tokoh yang membangun dan mengembangkan Cordova hingga menjadi salah
satu sebuah kota
terbesar di Eropa. Cordova menjadi kota utama di
Eropa, di saat Paris
dan kota-kota di Eropa lainnya masih belum diterangi lampu, penduduk tinggal
berpindah-pindah, dan jalan-jalan dari tanah dan batu.
Di bawah pemerintahan Abdurrahman III Cordova mengalami zaman keemasan Andalusia. Pada masa pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I, Cordova disulap menjadi pusat perkembangan ilmu, pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan di seluruh benua Eropa. Pada masa kepemimpinannya, Abdurrahman I berupaya untuk mengundang dan mendatangkan ahli fikih, alim ulama, ahli filasafat, dan ahli syair untuk mengunjungi dan mengembangkan ilmunya di Cordova.
Di bawah pemerintahan Abdurrahman III Cordova mengalami zaman keemasan Andalusia. Pada masa pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I, Cordova disulap menjadi pusat perkembangan ilmu, pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan di seluruh benua Eropa. Pada masa kepemimpinannya, Abdurrahman I berupaya untuk mengundang dan mendatangkan ahli fikih, alim ulama, ahli filasafat, dan ahli syair untuk mengunjungi dan mengembangkan ilmunya di Cordova.
Puncak kejayaan dan masa keemasan Cordova di bawah pemerintahan
Islam mulai berlangsung pada era pemerintahan Khalifah Abdul Rahman An-Nasir
dan pada zaman pemerintahan anaknya Al-Hakam. Ketika itu, Cordova telah mencapai
kejayaannya hingga pada taraf kekayaan dan kemewahan yang belum pernah tercapai
sebelumnya.
Tidak heran, jika pada era itu Cordova mempu mensejajarkan
diri dengan Baghdad sebagai ibu kota pemerintahan
Abbasiyah. Tidak hanya itu, Cordova
juga setaraf dengan Konstantinopel, ibu kota
kerajaan Bizantium
sera Kaherah, ibukota kerajaan
Fatimiah. Pada saat itu, Cordova
telah mampu menempatkan duta besarnya hingga ke negara yang amat jauh seperti India
dan Cina. Pada era kejayaan itu, Cordova
mengalami kemajuan pesat dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan
intelektual. Pada masa kekuasaan Abrurrahman III, berdirilah Universitas Cordova yang termasyhur dan
menjadi kebanggaan umat Islam. Berbondong-bondong mahasiswa dari berbagai
wilayah, termasuk mahasiswa Kristen dari Eropa menimba ilmu.
Dari universitas inilah, Barat menyerap ilmu
pengetahuan. Salah satu mahasiswa Kristen yang menuntut ilmu di Spanyol adalah
Gerbert d’Aurillac (945-1003), yang kemudian menjadi Paus Sylvester II. Selepas
belajar matematika di Spanyol, dia kemudian mendirikan sekolah katedral dan
mengajarkan aritmatika dan geometri kepada para muridnya.
Geliat pendidikan di Cordova makin bersinar pada era pemerintahan
Al-Hakam Al-Muntasir sehingga digelari Khalifah yang alim. Sebanyak 27 sekolah
swasta berdiri pada masa itu. Gedung perpustakaan mencapai 70 buah menambah
kemajuan perkembangan ilmu pengetahuan. Jumlah pengunjungnya mencapai 400 ribu
orang. Padahal, volume kunjungan perpustakaan besar di Eropa lainnya, kala itu,
paling tinggi mencapai 1.000 orang. Saat itu, terdapat 170 wanita yang
berprofesi sebagai penulis kitab suci Alquran dengan huruf Kufi yang indah.
Anak-anak fakir miskin pun bisa belajar secara gratis di 80 sekolah yang
disediakan Khalifah. Pendidikan yang tinggi pun diimbangi dengan kesejahteraan
masyarakatnya.
Pembangunan pun tumbuh pesat. Bangunan-bangunan
berarsitektur megah bermunculan. Ketika malam tiba, jalan-jalan di kota hingga keluar kota
diterangi lampu hias yang cantik dan anggun. Kota Cordova pun terbebas dari sampah. Taman-taman nan indah
menjadi daya tarik bagi para pendatang yang singgah di kota itu. Mereka bersantai di taman yang
dipenuhi bunga dan tata landskap.
Cordova juga dihiasi Istana Az-Zahra yang indah. Kota ini didirikan Kalifah Abdurahman III dan
dilanjutkan Khalifah Alhakam II. Medina Azzahara, awalnya dijaikan sebagai
pusat pemerintahan Andalusia. Letaknya sekitar
5 km dari pusat kota
Cordova. Sejarawan
berkebangsaan Turki, Zia Pasya melukiskan keindahan istana itu sebagai mukjizat
yang belum pernah tergambar dalam benak pembangunan manapun sejak dunia ada.
Pada masa itu, di Cordova terdapat 283 ribu unit rumah
tinggal, 900 kamar mandi umum, 800 unit sekolah serta 50 unit rumah sakit.
Sebuah kota
yang ideal. Pemerintahan Abdurrahman III telah menciptakan ketentraman bagi
rakyatnya. Sepertiga dari penerimaan tahunan yang mencapai 6,245 juta keping
emas digunakan untuk belanja negara. Sisanya, dialokasikan untuk pengembangan
pertanian, industri dan perdagangan. Rakyat pun sejahtera.
Simpanan makanan dan makanan diimport dari timur tengan
cukup untuk rakyatnya dan kota-kota lain di Andalusia. Sektor pertanian di
Cordova adalah paling maju di Eropa dan populasinya mengatasi Kostantinopel.
Andalusia merupakan pusat budaya yang maju dan mempunyai karya-karya yang
hebat. Orang muslim dan bukan muslim dari serata dunia datang ke Cordova untuk
belajar di perpustakaan dan universitas di Cordova. Cordova juga mampu
menandingin Baghdad
dalam pelbagai sektor. Bandar Cordova mempunyai lampu jalan, air paip,
perpustakaan, hospital, taman, rumah yang besar, dan lain-lain. Orang Eropa di
luar Andalusia yang datang ke Cordova tertarik
untuk melihat bandar Cordova. Pada masa itu negara-negara lain di Eropa tidak
mempunyai pembangunan dan gelap gelita.
Pada
zaman pemerintahan Islam, rakyat-rakyat yang berlainan agama dapat hidup
bersama dengan aman damai. Kehidupan mereka jauh lebih baik berbanding sebelum
pemerintahan Islam.
- mereka tidak dipaksa untuk hidup di kawasan tertentu atau diasingkan dari orang Islam.
- mereka tidak dijadikan hamba untuk orang Islam.
- mereka tidak dihalang dari mengikut kepercayaan mereka.
- mereka tidak dipaksa untuk memeluk agama Islam.
- mereka boleh terlibat dalam pekerjaan yang sama dengan orang Islam seperti bekerja di bank dan urusan jual beli emas dan perak.
- mereka juga boleh bekerja di sektor-sektor awak.
Ilmuwan Masa Kejayaan Cordova
Berkembang pesatnya ilmu
pengetahuan di Cordova pada era kejayaan Islam telah sejumlah ilmuwan dan ulama
termasyhur. Cordova
merupakan pusat intelektual di Eropa dengan perguruan-perguruan yang amat
terkenal dalam bidang kedokteran, matematika, filsafat, kesusateraan bahkan
musik. Kontribusi para intelektual dan ulama yang lahir dari Cordova sangat diakui dan memberi pengaruh bagi
peradaban manusia. Di antara para ilmuwan yang muncul pada masa keemasan Islam
di Cordova antara
lain :
a. Ibnu Rusyidi
Abul al Walid Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu
Rusydi, yang kemudian dikenal dengan Ibnu Rusyidi atau Averrous, merupakan
ilmuwan muslim yang sangat berpengaruh pada abad ke-12 dan abad ke berikutnya.
Ia adalah seorang filosof yang sangat berjasa mengintegrasikan Islam dengan
tradisi pemikiran Yunani.
b. Ibnu Hazmi
Seorang ulama yang
mujtahid. Ia telah menulis kitab Al-Muhalla.
c. Al-Qurtubi
Merupakan ahli
tafsir. Ia telah menulis tafsir Al-Qurtubi.
d. Az-Zahrawi
Seorang dokter ahli bedah. Ia
telah mengenalkan ilmu keperawatan dan menciptakan alat pembedahan teknik
terbaru bedah dalam dan luar. Az-Zahrawi juga telah menulis buku medis
bergambar. Pakar kedokteran Eropa mengetahui ilmu bedah melalui buku-bukunya.
e. Ibnu Wafid Al-Lakhmi
Seorang dokter yang
terkemuka di Spanyol, pada masanya.
f. Ibnu Tufail
Seorang filsuf dan
tabib yang hidup sekitar tahun 1100-1185 M.
g. Al-Ghafiqi
Al-Ghafiqi adalah seorang tabib yang
mengoleksi tumbuh-tumbuhan dari Spanyol dan Afrika
h. Al-Idrisi
h. Al-Idrisi
Bernama lengkap Abu Abdullah
Muhammad Al-Idrisi adalah seorang kartografer dan geografer.
i. Ibnu Abbas bin Farnas
Peletak dasar konsep pesawat
terbang.
Tempat-tempat Bersejarah pada
Masa Kejayaan Khalifah Cordova
Mezquita
Mezquita
merupakan bukti kegemilangan pemerintahan Islam di Cordova dalam bidang seni
bangunan (arsitektur). Mezquita ini dibeli dari gereja dan mulai direnovasi
pada tahun 784 M dan dari tahun ke tahun mezquita semakin megah. Mezquita juga
merupakan masjid terbesar di Eropa dan kedua terbesar di dunia Islam. Seni
bangunan Mezquita di bagian gerbangnya
telah diadaptasikan dalam gereja-gereja lain di Eropa.
Madina Zahra
Pada
tahun 936, Abdur Rahman III mengambil keputusan untuk membuka satu bandar lain.
Bandar Madina Zahra dibina 8 km dari Cordova di kaki Sierra Morena . Nama itu
diambil dari nama isterinya Azaharah. Malangnya kegemilangan nya hanya singkat
karena hancur diserang pasukan Berber sepanjang 1010 hingga 1013. Sekarang yang
tinggal hanya sebagian saja untuk dijadikan tempat bagi para pelancong, itu pun
sudah hancur.
Saksi Sejarah Kejayaan
Islam
Orang Spanyol masa kini menyebutnya Le Mezquita.
Bangunan megah nan indah yang didaulat organisasi pendidikan, sains dan
kebudayaan PBB (UNESCO) sebagai tempat yang sangat bersejarah dan penting di dunia
pada 1994 itu bernama Masjid Cordova.
Bangunan yang berdiri kokoh itu merupakan saksi sejarah, sekaligus peninggalan
masa keemasan Cordova
di era kejayaan Islam.
Masjid Cordova –– yang dinilai kalangan Islam dan
Kristen sebagai keajaiban dunia abad pertengahan –– luasnya sekitar
23.400 meter persegi. Dahulu dirancang untuk menampung lebih dari 9.000 jamaah
sholat. Dalam buklet The Cathederal of Cordoba,
disebutkan mezquita ini dibangun di atas gereja San Vicente pada tahun
785. Versi lain menyebutkan, masjid ini dibangun di atas situs Visigothic, kuil
Romawi.
Pembangunannya dimulai pada pemerintahan Abdurahman I antara tahun 784 dan 786. Kemudian diperluas pada Abdurahman II (833-852), Al-Hakam II (961-976), dan Al-Mansur (987). Masjid Cordova mulai dirancang pada 785 M. Dua tahun kemudian, Awalnya, bangunan masjid itu hanya berukuran 70 meter persegi di atas tanah seluas 5.000 meter yang berbentuk pelataran. Masjid itu memiliki 11 ruangan besar yang tegak lurus terhadap arah kiblat.
Pembangunannya dimulai pada pemerintahan Abdurahman I antara tahun 784 dan 786. Kemudian diperluas pada Abdurahman II (833-852), Al-Hakam II (961-976), dan Al-Mansur (987). Masjid Cordova mulai dirancang pada 785 M. Dua tahun kemudian, Awalnya, bangunan masjid itu hanya berukuran 70 meter persegi di atas tanah seluas 5.000 meter yang berbentuk pelataran. Masjid itu memiliki 11 ruangan besar yang tegak lurus terhadap arah kiblat.
Tiap-tiap ruangan itu dipisahkan atau dibatasi 11
deretan arcade yang atapnya mempunyai lengkungan-lengkungan. Setiap deretan
mempunyai 11 tiang kolom sehingga masing-masing ruangan seolah-olah memiliki 20
tiang kolom. Jumlah tiang-tiang kolom itu mencapai 110 tiang kolom. Tiang-tiang
kolom itu adalah tiang-tiang antik zaman Romawi.
Kini, panjang Masjid Cordova dari utara ke selatan mencapai 175 meter
dan lebarnya dari timur ke Barat 134 meter. Sedangkan tingginya mencapai 20
meter. Pada era pemerintahan Hisyam I (788-796) dan juga Al-Hakam I (796-822),
Masjid Cordova sama
sekali tidak mengalami modifikasi. Barulah ketika masa Abdurrahman II
(822-852), perluasan dilakukan.
Dengan seni arsitektur yang sangat indah, menara Masjid Cordova mencapai 40 yard.
Kubahnya terdiri dari kayu berukir. Setelah berkali-kali direnovasi, jumlah
tiangnya mencapai 1.293 buah terbuat dari marmer. Pada masa kejayaan Islam,
aktivitas di masjid begitu semarak. Tak heran, jika pada malam hari, masjid itu
diterangi 4.700 buah lampu yang menghabiskan 11 ton minyak pertahun.
Dekorasi Masjid Cordova
dikerjakan selama masa pemerintahan Khalifah al-Hakam II, terutama di lokasi
sekitar mihrab dan maqsurah: pintu-pintu (seluruhnya ada sembilan pintu) yang
terbuat dari tembaga kuning, kecuali sebuah yang terbuat dari emas murni.
Maqsurah di Cordova,
secara arsitektur tergolong sangat bagus.
Setiap gerbang di masjid itu terdapat batu-bata merah
dan batu putih. Gabungan unsur batu-batu tersebut mampu mewujudkan konsep
jaluran yang menakjubkan. Konsep jaluran merah-putih itu banyak mempengaruhi
seni arsitektur bangunan di Spanyol. Hiasan dindingnya disemarakkan unsur flora
dan inskripsi dari Alquran dalam bentuk ukiran kapur, kaca, marmar dan mozaik
emas.
Selain itu, kemegahan dekorasi pada ruang shalat juga
sangat menonjolkan ruang mihrab. Lubang- lubang hiasan diletakkan pada ruangan
kecil berbentuk segi delapan. Konfigurasi yang menakjubkan pada mihrab tersebut
menjadi pusat perhatian. Kemegahan Masjid Cordova yang bertahan hingga sekarang menjadi
saksi masa keemasan Islam di benua Eropa.
D. Runtuhnya Pemerintahan
Khalifah Cordova
Kejatuhan kekhalifahan Cordova
adalah disebabkan perang saudara antara 1009 hingga 1013 dan akhirnya hancur
pada tahun 1031 M. Awal dari kehancuran Khalifah Bani Umayah di Spanyol adalah
ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu kekuasaan
aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 918 M, Khalifah menunjuk Ibn
Abi’ Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang yang ambisius
yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam
dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas
keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat
pada tahun 1002 M, ia digantikan oleh anaknya
al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan,
tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak
memilki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, negara yang
tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009
M Khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki
jabatan tidak ada yang sanggup memperbaiki kedaan. Akhirnya pada tahun 1013 M,
Dewan Menteri yang memerintah Cordova menhapuskan jabatan Khalifah. Ketika itu,
Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang berpusat di
kota-kota tertentu.
Keruntuhan Cordova tidak saja diratapi oleh Umat Islam,
tetapi juga seorang penulis Kriten Stanley Lane Poole dalam bukunya “The
Mohammadan Dynasties” mengakui betapa mundurnya peradaban Andalusia setelah
runtuhnya kerajaan
Islam Cordova. Pengakuan dunia Kristen terhadap peradaban Islam Cordova dapat
dibuktikan dengan permintaan Inggris agar pemuda pemuda Inggris dapat menuntut
ilmu di Universitas Cordova. Surat Raja Inggris itu diterima oleh Sultan Hisyam
III yang berbunyi antara lain,“Kami telah mendengar kemajuan Ilmu dan industri
di Negara Paduka Yang Mulia. Karenanya kami bermaksud mengirim putera-puteri
terbaik kami untuk menimba ilmu di Negara Paduka Yang Mulia agar ilmu
pengetahuan tersebar ke negeri kami yang dikelilingi kebodohan dari empat
penjuru. (Wajah Dunia Islam oleh Dr Muhammad Sayid al-Wakil).
BAB III
KESIMPULAN DAN PENUTUP
v Kesimpulan :
Khalifah Cordova merupakan pemerintahan Islam terbesar
di wilayah Andalusia (Spanyol). Cordova awalnya
bernama Iberi Baht itu dibangun pada masa pemerintahan Romawi berkuasa di Guadalquivir. Sejak saat itu, nama Cordova mulai termasyhur.
Penguasa Romawi bernama Lotheo pernah menguasai kota
itu dan menjadikannya sebagai ibu kota
negara Meridional Spanyol pada 169 SM.
Cordova baru menjadi ibukota Spanyol, ketika Dinasti Umayyah ditumbangkan
Abbasiyah dan pusat kekuasaan bergeser dari Damaskus ke Baghdad. Setelah dikalahkan Abbasiyah,
Dinasti Umayyah, lalu membangun kekuasaannya di Spanyol. Cordova pun mulai menjadi
pusat kekuasaan Ummayah di bawah pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau
Abdurrahman I.
Masa masuk dan berkembangnya Islam di Cordova itu berlangsung dari
711-912 M. Mulai dari 912 hingga 976M, peradaban Cordova mulai menggeliat. As-Samah bin Malik Al-
Khaulani merupakan merupakan tokoh yang membangunkan dan mengembangkan Cordova hingga menjadi salah
satu sebuah kota
terbesar di Eropa.
Pada masa pemerintahan Abdurrahman Ad-Dakhil atau Abdurrahman I, Cordova disulap menjadi pusat
perkembangan ilmu, pengetahuan, kesenian dan kesusasteraan di seantero benua
Eropa. Pada masa kepemimpinannya, Abdurrahman I erupaya untuk mengundang dan mendatangkan ahli
fikih, alim ulama, ahli filasafat, dan ahli syair untuk bertandang dan
mengembangkan ilmunya di Cordova.
Puncak kejayaan dan masa keemasan Cordova di bawah pemerintahan
Islam mulai berlangsung pada era pemerintahan Khalifah Abdul Rahman An-Nasir
dan pada zaman pemerintahan anaknya Al-Hakam. Ketika itu, Cordova telah mencapai
kejayaannya hingga pada taraf kekayaan dan kemewahan yang belum pernah tercapai
sebelumnya.
Kejatuhan kekhalifahan Cordoba adalah disebabkan perang
saudara antara 1009 hingga 1013 dan akhirnya hancur pada tahun 1031 M.
v Penutup
Demikianlah penyajian materi pada makalah ini, semoga
bermanfaat dan dapat menambah wawasan bagi pembaca sekalian. Mohon maaf jika
dalam penyajian makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Saran dan kritik
yang membangun selalu kami nantikan guna perbaikan di kemudian hari. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Kartika, Sri. 2004. Sejarah
Islam. FKIP Sejarah Universitas Sriwijaya.
Usairy. 2003. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta:
Akbar.
Yatim, Badri. 1993. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT Rajawali Pers
Grafindo.
Website:
0 komentar: