Perjuangan Pembebasan Irian Barat
Perjuangan Pembebasan Irian Barat - Salah satu keputusan
dalam KMB (27 Desember 1949) Belanda mengikuti kedaulatan Indonesia sepenuhnya
kecuali wilayah Irian Barat yang rencananya akan dikembalikan setahun kemudian.
Namun setelah pengakuan kedaulatan, Belanda tidak juga menyerahkan Irian Barat
kepada Indonesia.
Perjuangan Diplomasi
Dalam upaya membebaskan wilayah Irian Barat dari cengkeraman
Belanda Pemerintah RI pertarna mengambil langkah diplomasi dilakukan secara
bilataral baik dengan pemerintah Belanda maupun dengan dunia Internasional. Perundingan
(Diplomasi) dengan pemerintah Belanda terjadi pertama kali pada masa kabineg
Natsir tahun 1950 tetapi gagal, bahkan pada tahun 1952 secara sepihak Belanda
memasukkan Irian Barat dalam wilayah
kerajaan Belanda. Upaya diplomasi internasional dilakukan oleh kabinet
Sastroamijoyo yaitu dengan membawa masalah Irian Barat ke forum PBB, tapi tidak
membawa hasil. Pada masa kabinet Burhanuddin, Belanda menanggapi bahwa masalah
Irian Barat merupakan masalah antara Indonesia - Belanda dan mengajukan usul
yang berisi tentang penempatan Irian Barat di bawah Uni Indonesia - Belanda.
Disamping membawa masalah Irian Barat ke forum PBB Indonesia juga melakukan
pendekatan dengan negara-negara Asia Afrika dan ini membawa hasil yang positif,
antara lain sebagai berikut :
- Dalam Konferensi Pancanegara II di Bogor lima negara peserta sepakat mendukung Indonesia dalam mengembalikan Irian Barat ke dalam wilayah Indonesia
- Dalam KAA para peserta mengakui bahwa wilayah Irian Barat merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Karena Belanda tidak pernah Menunjukkan etikad baik dalam
menyelesa masalah Irian Barat
maka pemerintah RI mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
- Hubungan Indonesia - Belanda diubah dari united status menjadi hubungan biasa.
- Pada tanggal 3 Mei 1956 melakukan pembatalan hasil-hasil KMB\Pada tanggal 17 Agustus 1956 membentuk Provinsi Irian Barat yang berkedudukan di Saosiu dan menunjuk Sultan Tidore, Zaenal Abidin Syah sebagai gubernurnya.
- Pada tanggal 18 November 1957 diadakan rapat umum penbebasan Irian Barat.
- Pada tanggal 5 Desember 1957 melarang semua film yang berbahasa Belanda, kapal terbang Belanda juga dilarang mendarat dan terbang di wilayah RI.
- Pada tanggal 5 Desember 1958 melakukan penghentian semua kegiatan konsuler Belanda di Indonesia.
- Dengan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1958 dilakukan pengambilalihan modal Belanda di Indonesia.
- Pada tanggal 19 Februari 1958 dibentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat
- Pada tanggal 17 Agustus 1960 memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda
- Menasionalisasi 700 perusahaan milik Belanda di Indonesia
Sementara itu pemerintah Belanda meningkatkan kekuatan
militernya dengan mengirimkan Kapal Induk Karel Doorman ke Irian Barat. Situasi
semakin memanas dan pada sidang majelis umum PBB tahun 1961 kembali dibicarakan
masalah Irian Barat kepada Indonesia dengan perantara PBB. Pemerintah Indonesia
menyetujui usul tersebut dengan syarat waktunya dipercepat. Sedangkan Belanda menyatakan
akan melepaskan Irian Barat untuk dilanjutkan di Dewan Perwakilan PBB kemudian
membentuk Negara Papua. Pemerintah berkesimpulan Belanda tidak ingin
menyerahkan Irian Barat pada Indonesia, sehingga tidak ada jalan lain dan harus
diselesaikan dengan kekerasan senjata.
Perjuangan Bersenjata
Pada tanggal 19 Desember 1961 Presiden Soekarno daIam
pidatonya di Jogjakarta menyampaikan
suatu komando dalam rangka perjuangan pembebasan Irian Barat yang dikenal
dengan Tri Komando Rakyat (Trikora) yang isinya sebagai berikut :
- Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Kolonial Belanda
- Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia
- Bersiap-siap untuk mobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air Indonesia
Realisasi pertama dari Tri Kora adalah pembentukan Komando
Operasi yang diberi nama Komando Mandala pembebasan Irian Barat pada tanggal 2
Januari 1962 dan Mayjend. Soeharto ditunjuk sebagai komandannya dengan tugas
antara lain sebagai berikut :
- Merencanakan, mempersiapkan dan menyelenggarakan Operasi Militer guna mengembalikan wilayah Irian Barat ke dalam kesatuan RI. Operasi militer itu dinamakan Operasi Jaya Wijaya.
- Eksploitasi, dimulai awal tahun 1963 dengan mengadakan serangan terbuka guna menguasai pos-pos musuh yang penting.
- Konsolidasi, dilakukan pada tahun 1964 dengan mendudukkan kekuasaan RI secara mutlak di Iran Barat.
Dalam tahapan infiltrasi dilakukan serangan operasi
pendaratan di Irian Barat balk melalui laut maupun penerjunan udara yaitu,
operasi banteng dengan sasaran wilayah Fak-fak dan Kaimana, Operasi Srigala di
sekitar Sorong dan Teminabuan, Operasi Naga di daerah Merauke, dan Operasi
Jatayu diarahkan ke daerah Sorong, Kalimantan, dan Merauke. Operasi infiltrasi
pasgka RI dan pare gerilyawan Trikora di antaranya diambil dari kalangan
mahasiswa. Ontuk merebut kembali Irian Barat dari tangan Belanda, memang telah
dibentuk kesatuankesatuan sukarelawan di kantor-kantor, sekolah, organisasi
mesa dan lain sebagainya. Sebagian dari sukarelawan ini bersama-same dengan
ABRI turLit serta dalam operasi infiltrasi. Pada tanggal 15 Januari 1962
terjadi pertempuran di laut Arafuru antara angkatan laut RI melawan kapal
perusak dan Frega' Belanda. Dalam pertempuran tersebut Komando Yos Sudarso dan
Kapten Wiranto gugur. Mereka turut tenggelam bersama kapal RI Macan Tutul.
Sejak itu, operasi pembebasan Irian Barat semakin ditingkatkan. Namun sebelum
Operasi Jaya Wijaya dilaksanakan, datang perintah dari Presiden untuk
menghentikan tembak-menembak pada tanggal 18 Maret 1962, karma pada tanggal 19
Agustus 1962 telah tercapai persetujuan antara Indonesia dengan Belanda
mengenai Irian Barat di markas besar PBB di kota New York dengan pokok-pokok
kesepakatan, antara lain sebagai berikut:
- Akan dibentuk Pemerintah PBB Irian Barat dengan nama UNTEA (United Nations Temporaty Executive Authority) selambat-lambatnya 1 Oktober 1962 tiba di Irian Barat.
- UNTEA memakai tenaga Indonesia
- Pasukan RI yang berada di Irian Barat tetap berada di sana, di wilayah Komando PBB
- Tentara Belanda secara berangsur-angsur dikembalikan
- Antara Irian Barat dan daerah Indonesia lainnya berlaku lalu lintas bebas
- Pada tanggat 31 Desember 1962 bendera RI berkibar di samping bendera PBB
- Selambat-lambatnya 1 Mei 1963 Rl secara resmi menerima pemerintahan Irian Barat
- RI berkewajiban melakukan Pepera (Penentuan Pendapatan Rakyat)
Untuk menjamin keamanan di Irian Barat. PBB membentuk
pasukan keamanan dengan nama United Nations Security Forces (UNSF) di bawah
komando Brigjend Said Udin Khan dari Pakistan.
Penyerahan kekuasaan Irian Barat dari PBB kepadda pemerintah
Indonesia dilaksanakan pada tanggal 1 Mei 1963 di Kota Baru. Dan pada hari yang
sama, di Makasar (Ujung Pandang) dilaksanakan upacara pembubaran Komando
Mandala.
Pepera (Penentuan
Pendapatan Rakyat)
Pepera merupakan salah satu ketentuan persetujua- 1962
mengenai penyerahan kekuasaan pemerintahan atas Irian Barat oleh Belanda kepada
Indonesia. Pepera diselenggarakan melalui tiga tahap, antara lain sebagai
berikut :
- Tahap pertama, dimulai pada tanggal 24 Maret 1969, yaitu mengadakan konsultasi denga Dewan Kabupaten di Jayapura mengenai tata Cara penyelenggaraan Pepera
- Tahap kedua, berupa pemilihan anggota dewan musyawarah Pepera yang berakhir pada bulan Juni 1969.
- Tahap ketiga, adalah pelaksanaan Pepera pada tanggal 4 Juli 1969 berakhir pada tanggal Agustus 1969.
0 komentar: